BERITA LOKALPendidikan

Kisah Mahasiswa PMM 4 Unram Menjalankan Ibadah Puasa di Pulau Seribu Masjid

“Dari segi waktu juga kaget, karena lebih cepat satu jam. Saya kira masih jam segini ternyata sudah lebih satu jam,” kata Putra.

Selain itu, yang membuatnya kaget adalah cita rasa makanan Lombok yang lebih pedas dibandingkan makanan di Sumatera Utara yang cenderung sangat manis.

Sementara bagi Hidayatullah Putra atau akrab disapa Dayat cukup kaget dengan banyaknya masjid di Lombok.

“Semisal sedang azan di salah satu masjid, di masjid lain azan juga, kaya beradu-adu atau saling sahut gitu,” ujar mahasiswa Universitas Bengkulu ini.

Namun, Dayat merasa senang bisa merasakan puasa di Lombok. Terlebih lagi, dengan harga makanan yang cukup murah dibandingkan di Bengkulu.

IKLAN
Berita Terkini:

“Jauh lebih murah di sini (Lombok) daripada di Bengkulu, Rp5.000 sudah bisa dapat nasi, kalau di Bengkulu belum tentu,” tuturnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Rintan yang merupakan mahasiswi Universitas Majalengka. “Makanannya murah-murah, Rp5.000 sudah bisa dapat nasi campur dan bisa kenyang. Meskipun begitu, tetap paling kangen masakan rumah, berbuka puasa dan sahur di rumah,” katanya.

Lalu, yang membuatnya kaget ketika berpuasa di Lombok adalah saat melaksanakan ibadah tarawih. “Culture shock-nya waktu tarawih agak lama. Terus, saat mau takbiratul ihram ada dua kali pengucapan gitu, kalau di Majalengka cuman sekali,” tutup Rintan. (JEF)

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button