BBPOM di Mataram Ungkap Penyebab Peredaran Kerupuk Mengandung Boraks Masih Tinggi

Mataram (NTBSatu) – Peredaran kerupuk mengandung boraks masih tinggi di Kota Mataram.
Hal ini berdasar pada temuan BBPOM di Mataram saat melakukan intensifikasi pangan Ramadan 2024, pada sejumlah pasar tradisional dan sentra takjil.
Kepala BBPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan Prakasa, mengatakan, dari 230 sampel takjil ditemukan 5 sampel dengan kandungan bahan berbahaya, yaitu boraks dan rhodamin B.
“Berdasarkan hasil uji cepat, paling banyak ditemukan kerupuk yang mengandung boraks,” kata Yosef pada NTBSatu, Kamis, 21 Maret 2024.
Yosef mengungkapkan, temuan kandungan boraks pada kerupuk seakan tak pernah absen saat dilakukannya sidak pangan timnya.
Berita Terkini:
- Ketika Negara Absen: PHK Honorer dan Tuntutan PPPK di NTB dalam Kacamata Ekonomi Ketenagakerjaan
- Pengamat Sebut Tim Percepatan ‘Lahan Parkir’ Timses, Gubernur NTB Didesak Transparan
- Pemkab Lombok Timur Mantapkan Sinergi dengan Pemprov NTB Bangun Ekosistem Agromaritim
- Polresta Mataram Penuhi Petunjuk Jaksa Kasus Korupsi Pengadaan Masker Covid-19
Ternyata, hal ini terjadi lantaran tingginya permintaan pasar yang konon lebih menyukai cita rasa makanan dengan tambahan bahan berbahaya tersebut yang menjadikannya kerupuk lebih gurih dan renyah.
“Nah, kami sudah telusuri, supply-demand kerupuk mengandung boraks ini sangat tinggi di masyarakat. Mereka lebih suka kerupuk yang ada campuran boraks itu. Wah, tentunya ini sangat berbahaya untuk kesehatan jangka panjang,” imbuhnya.
Yosef amat menyayangkan hal tersebut, sebab efek yang akan ditimbulkan jika terus menerus mengkonsumsi makanan dengan kandungan boraks, di antaranya akan menyebabkan gangguan fungsi otak, hati, ginjal hingga pencetus terjadinya kanker.