Mataram (NTBSatu) – Momen Ramadan memberi keuntungan bagi penjual jajanan untuk berbuka puasa (takjil). Biasanya, para penjual membuka jualannya di berbagai titik, seperti di lapangan maupun pinggir jalan.
Menurut, Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma), Dr. Muhammad Karjono, SKM., M.Kes., penjual takjil yang membuka dagangannya di pinggir jalan ini perlu menjadi perhatian pemerintah.
Sebab, tidak hanya mengganggu arus lintas, melainkan secara kesehatan makanan yang dijual dapat terganggu dengan adanya asap kendaraan yang melintas.
“Iya kalau asap kendaraan saja, tetapi coba lihat di Jalan Airlangga, Kota Mataram juga banyak yang jualan takjil dengan kondisi ada kotoran hewan di sekitar jalannya,” ungkap Jono kepada NTBSatu, Jumat, 15 Maret 2024.
“Seharusnya ini harus diproteksi pemerintah dan masyarakat perlu waspada terkait kesehatan, cara menyimpan, dan penyajian dari takjil yang dijual di sana,” sambungnya.
Berita Terkini:
- Mahdalena Turun Salurkan Bantuan Korban Dampak Banjir di Kecamatan Woha Bima
- Antara Nyawa dan Jalan Rusak, Warga Meang Jadi Penandu Ibu Hamil dan Lansia Tanpa Pamrih
- Peringatan Harlah Ke-102 NU, PP Muhammadiyah Ungkap Semangat Kebersamaan Rawat Keutuhan NKRI
- Polisi Amankan 8 Pelaku Ilegal Fishing dan Puluhan Bahan Peledak di Perairan Bima
Bahkan, kalau perlu dibuatkan satu lokasi khusus yang hanya difungsikan saat Ramadan untuk tempat berjualan takjil, seperti di lapangan komplek perumahan Pagutan Permai
“Secara lalu lintas tidak mengganggu, masyarakat nyaman dan mudah mengaksesnya, serta dari penyiapan jualan takjilnya juga memadai,” kata Jono.
Termasuk dari segi kandungan nutrisi di dalam takjil, lanjut Jono, perlu dilakukan pengawasan secara masif. Mengingat, kebanyakan penjual takjil itu tidak memikirkan nutrisi dagangan yang dijual. Hanya melihat sudah matang, laris, dan disukai masyarakat.