Lombok Timur (NTBSatu) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, dijadwalkan datang ke Kabupaten Lombok Timur pada Kamis, 29 Februari 2024 mendatang.
Agendanya, untuk memantau pabrik program hilirisasi produk rumput laut atau geranggang di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.
Menyambut kedatangan itu, NTBSatu akan memberi sedikit kisi-kisi tentang realitas kondisi petani rumput laut di wilayah tersebut.
- Petani Terperangkap Ijon
Kelangsungan budidaya rumput laut oleh petani di wilayah tersebut sangat bergantung pada kebijakan pengepul atau tengkulak.
Hampir semua proses budidaya rumput laut atau geranggang dalam bahasa setempat, menggunakan sistem ijon, atau kredit modal dari tengkulak.
Berita Terkini:
- Sebelum Gubernur Terpilih Dilantik, Hassanudin akan Dievaluasi Kemendagri 9 Januari 2025
- Dunia WWE Berduka, Rey Mysterio Meninggal Dunia
- DAK Fisik Tahap III Pemprov NTB Terancam Tidak Cair, Sekda: Semua Sudah Clear
- TPA Kebon Kongok Overload, Iqbal Janji Pengelolaan Sampah Jadi Prioritas
Imbasnya, hasil panen harus dijual ke tengkulak tersebut dengan kebijakan harga sepenuhnya berada di tangan tengkulak.
Praktik seperti perangkap bagi petani. Mereka sangat sulit terlepas karena keuntungan panen tidak pernah cukup menjadi modal awal budidaya. Bahkan hanya untuk membeli benih rumput laut.
“Modal awal beli bibit biasanya Rp3 juta per ton. Untung bersih kita paling Rp500 ribu. Itupun tidak sebanding dengan tenaga,” kata seorang petani rumput laut di Desa Seriwe, Jerowaru, yang menolak disebutkan namanya, Jumat, 23 Februari 2024.
Meski keuntungannya tak seberapa, ia dan sebagian besar warga Seriwe pun terpaksa mengulangi rutinitas yang sama karena tidak adanya alternatif pekerjaan lain yang tersedia.
- Harga Jual Anjlok
Sejak beberapa bulan terakhir, petani geranggang dibuat pusing dengan anjloknya harga geranggang di tengah meroketnya harga bahan pokok.