“Dari 18 KK, ada dua rumah yang posisinya dekat dengan lokasi,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Desa menyebut, masyarakat yang terdampak kini tidak bisa melanjutkan aktivitasnya. Karena jalan desa terputus. “Dugaan terkuatnya akibat galian pengambilan material proyek,” ujarnya.
Kerugian yang dialami warga pun berbeda-beda. Bahkan ada yang mencapai Rp100 juta hingga Rp200 juta. Hitungan kerugian, kata Muttakin, sesuai dengan kisaran harga tanah. Selain itu, jumlah pohon warga yang rusak juga menjadi bahan perhitungan.
“Kalau kita hitung dari harga tanah kemarin misalnya Rp20 atu Rp25 juta. Itu dikalikan dengan sekian masyarakat yang terdampak. Belum lagi pohonnya. Jadi totoalnya ratusan juta. Tergantung tingkat kerusakan,” paparnya.
Baca Juga: LSI Rilis Hasil Survei Elektabilitas Pemilu di Sumatra Barat, Prabowo Bersaing, Ganjar Merosot Tajam
Selain materi, warga juga mengalami kerugian lain. Seperti tidak bisa lagi berladang. Karena lahannya yang mengalami longsor akibat aktivitas pengerjaan proyek. Bahkan ada masyarakat yang sampai mengalami trauma. Beberapa kali lahannya meengalami longsor.
“Kejadiannya (longsor) tak tentu. Kadang tengah malam. Kadang sore. Karena hujan. Daya hisap tanah di bawah agak berkurang karena galiannya terlalu dalam,” ungkap Muttaqin.
Tidak hanya itu, dua tiang listrik di sekitar bendungan juga ambruk. Penyebabnya sama, karena aktivitas galian yang terlalu dalam. (KHN)
Baca Juga: Kasus Kekerasan Seksual Marak di Lombok Timur, BEM UGR Gelar Talkshow, Cek Tanggalnya!