Mataram (NTBSatu) – Provinsi NTB yang terdiri dari 403 pulau kecil dan dua pulau besar, yakni Lombok dan Sumbawa sangat rentan berdampak terhadap perubahan iklim. Terlebih lagi, dengan kondisi daerah yang berada pada ring of fire atau lingkar api pasifik membuat NTB rawan dilanda bencana gempa.
Pemerintah perlu menguatkan langkah mitigasi untuk mengantisipasi peristiwa bencana ke depan, terutama yang berkaitan dengan krisis iklim. Seperti, bencana hidrologi, banjir, kekeringan, dan angin kencang.
Pendiri Komunitas Iklim Saujana, Miftahul Purnama menjelaskan, perubahan iklim yang terjadi akan mengakibatkan timbulnya berbagai bencana dan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat.
“Dampak dari perubahan iklim, kita akan kekurangan pangan di masa depan. Suhu yang meningkat membuat kenyamanan dalam hidup kita juga akan berkurang,” katanya, Jumat, 12 Januari 2024.
Maka sebagai anak muda, lanjutnya, yang akan hidup di masa depan perlu untuk menjaga lingkungan dengan melakukan mitigasi mengatasi perubahan iklim tersebut.
“Banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai anak muda. Pertama, bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mengetahui tentang perubahan iklim dan cara mengurangi dampaknya,” ujar Miftahul.
“Seperti di konten-konten Saujana, kami menggunakan beberapa riset tentang krisis iklim yang disajikan dalam bentuk informasi, agar mudah dipahami anak muda dan masyarakat,” tambahnya.
Baca Juga: Marak Alih Fungsi Lahan Berdampak Perubahan Iklim di NTB
Selain itu, anak muda juga bisa melakukan pengembangan infrastruktur tahan bencana atau perumahan yang ramah lingkungan, dengan menyiapkan pemilahan sampah.
“Kita juga bisa melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder atau organisasi lain untuk melakukan aksi-aksi lingkungan. Terutama untuk mengubah pola hidup konsumtif,” ungkap Alumni Prodi Kehutanan Universitas Mataram ini.
Menurutnya, dengan sudah banyaknya komunitas lingkungan yang bergerak di NTB menunjukkan masyarakat telah sadar akan isu perubahan iklim. Sehingga langkah selanjutnya, kata Miftahul, perlu langkah konkret yang dilakukan.
“Seperti anak sekolah yang SMP dan SMA sudah banyak yang pergi pakai motor, ini bisa diubah dengan berjalan kaki bagi yang rumahnya dekat atau bersepeda yang rumahnya jauh. Bisa irit bahan bakar, mengurangi polusi, dan menambah dari segi kesehatan,” tuturnya.
Ia juga mendorong, agar anak muda NTB terus aktif menyuarakan isu perubahan iklim di berbagai media sosial.
“Kita juga perlu mendesak pemerintah khususnya di NTB, yang memanajemen wilayah ini untuk membuat kebijakan yang ramah lingkungan,” pungkas Miftahul. (JEF)
Baca Juga: Melihat Surga Bawah Laut Gili Bidara Lombok Timur yang Mirip Film Finding Nemo