Mataram (NTBSatu) – Angka inflasi di Kota Mataram saat ini masih berada di bawah target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Target RPJMD yaitu 3 persen lebih, dan tidak boleh lebih dari 4 persen.
Dalam rapat terbaru, Kota keterjangkauan harga, memastikan ketersediaan pasokan, mengontrol kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Dr. Iwan Harsono menyebutkan data terbaru hingga bulan November 2023 menunjukkan bahwa tingkat inflasi Kota Mataram berada pada angka 2,74 persen, sementara tingkat inflasi dari tahun ke tahun mencapai 2,96 persen.
Menurut Iwan, angka inflasi tersebut menandakan bahwa Kota Mataram berhasil mempertahankan inflasinya di bawah target yang telah ditetapkan RPJMD.
“Karena Pemerintah Kota Mataram tetap konsisten melaksanakan 4K yaitu memastikan keterjangkauan harga, memastikan ketersediaan pasokan, mengontrol kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.” katanya, Sabtu 23 Desember 2023.
Berita Terkini:
- Polres Sumbawa Amankan 2 Kilogram Sabu, Tiga Terduga Pelaku Ditangkap
- Kontribusi NTB ke PDB Nasional Rp90,05 Triliun, Sektor Pariwisata dan Pertanian Harus Dioptimalkan
- Penyaluran KUR di NTB Capai Rp5,3 Triliun hingga November 2024
- Profil ANTV, Satu Grup dengan TVOne hingga PHK Massal di Akhir 2024
Ia juga menambahkan saat ini Bank Indonesia (BI) juga memperkenalkan inovasi baru yaitu Warung Inflasi dengan harga-harga yang telah ditetapkan. Langkah ini diambil untuk memudahkan masyarakat dalam memantau dan mengukur tingkat inflasi.
Selain itu, Irwan mengungkapkan sebanyak 5 komoditas yang mempengaruhi inflasi Kota Mataram, termasuk cabai dan ikan. Ia juga mengatakan BPS (Badan Pusat Statistik) melakukan pemantauan terhadap 300 lebih komoditas setiap hari untuk memastikan kestabilan harga.
“Penyebabnya karena bisa dari rantai pemasaran yang panjang, dan pengepul. Saat ini mengenai cuaca juga relatif normal,” jelasnya.
Irwan menyatakan bahwa stok pangan di Kota Mataram tetap aman dengan laporan terbaru yang menunjukkan ketersediaan beras saat ini untuk 9 hingga 10 bulan ke depan. (WIL)