Menurut Dwikorita, situasi ini terjadi merupakan dampak dari perubahan iklim yang juga memberi tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah langka dan menghasilkan apa yang dikenal dengan water hotspot.
Kondisi tersebut, juga semakin meningkatkan kerentanan terhadap stok pangan dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), kata Dwikorita, memprediksi jika situasi ini terus terjadi, maka di tahun 2050 mendatang bencana kelaparan akan terjadi akibat krisis pangan.
Baca Juga : Begini Penjelasan Kemendikbudristek soal Latar Pendidikan Gibran yang Jadi Sorotan Publik
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, lanjutnya, maka pemerintah bersama semua elemen masyarakat harus bekerja sama dan bergotong royong dalam melakukan aksi mitigasi. Mulai dari penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya.
Implementasi strategi mitigasi dan adaptasi, menurut Dwikorita, harus digencarkan di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Apalagi, tambahnya, suhu udara permukaan di Indonesia diproyeksikan akan terus naik di masa yang akan datang.
Baca Juga : Ratusan Guru Honorer di NTB Kemungkinan Tak Dapat Diangkat Jadi ASN atau PPPK