“Termasuk bagaimana pengelolaannya maka saya orang yang mendorong dalam konteks lumbung pangan dunia ini Bulog mesti dikembalikan pada fungsi awal, sehingga kebutuhan pokok itu negara harus menguasai, tidak bisa diliberalkan seperti ini dan biasanya petani kalah,” ucapnya.
Lebi jauh Ganjar menceritakan, sebelum menghadiri acara CSIS, dia telah berkeliling mendengar aspirasi masyarakat. Dia memaparkan bagaimana masyarakat petani banyak mengeluhkan tentang biaya produksi pertanian yang tidak sebanding dengan hasil produksinya.
“Saya tadi pagi baru pulang dari Palembang, kemudian ke Jawa Barat, kemudian hari ini bisa ke sini, dan saya bertemu dengan petani, ‘Pak Ganjar, biaya produksi kami mahal kenapa pembeliannya sangat murah’. Dan pada saat ini, konsumen membeli beras dengan sangat mahal,” imbuhnya.
Provinsi NTB sendiri saat ini masih menyandang sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional.
Melansir dari rri.go.id, produksi pertanian di Provinsi NTB seperti beras meningkat signifikan selama dua tahun terakhir ini.
Pada tahun 2021 tingkat produksinya mencapai 897.000 ton. Data BPS terbaru tahun 2022 produksinya meningkat signifikan menjadi 921.000 ton.
Dengan capaian produksi pertanian tersebut, NTB termasuk sebagai lumbung pangan nasional. (SAT)