Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mengatakan beras merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar pada sektor komoditas pangan.
Berdasarkan pantauan NTBSatu pada beberapa pasar acuan seperti Kebon Roek, Pagesangan, Mandalika, dan Sindu, dalam tiga bulan terakhir harga beras mengalami kenaikan fluktuatif sebelum tembus Rp16.000 per kilogramnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Mataram, Dr. Muhammad Firmansyah melihat “penyakit” inflasi beras ini akan terjadi bilamana pasokan berkurang dan masalah rantai pasokan.
Berita Terkini:
- Media Gathering DJP Nusa Tenggara: Bahas Modus Penipuan Pajak hingga Isu Perpajakan Terkini
- Semarak HUT ke-52, PDI Perjuangan NTB akan Kunjungi Pejuang Partai Hingga Gelar Mimbar Demokrasi
- Johan Rosihan Cek Pemagaran Laut di Tangerang, Sebut Berpotensi Melanggar Hukum
- KPK Sebut 885 Tambak Udang di NTB Beroperasi Secara Ilegal
“Kalau Bulog sudah bilang beras kita surplus, pasokan aman sampai tahun depan, dugaan saya ini mengarah pada tata niaga. Apakah ada penimbunan atau panic buying yang menyebabkan rantai pasokan bermasalah?”ujar Firmansyah pada NTBSatu, Selasa, 31 Oktober 2023.
Lebih lanjut, ia meminta agar pemerintah jangan membiarkan kenaikan beras ini terjadi dalam waktu yang lama, sebab dapat memberikan sentimen negatif terhadap harga pangan lainnya.
“Masyarakat mungkin menduga akan ada terjadi kelangkaan beras atau bahan pokok lainnya karena kemarau panjang ini. Maka dari itu, pemerintah harus lebih gencar melaksanakan operasi pasar.