Mataram (NTBSatu) – Konflik Israel-Hamas yang masih terus terjadi menyita perhatian Bank Dunia. Hal tersebut karena konflik berkepanjangan ini dapat memicu guncangan harga komoditas seperti minyak mentah dan produk pertanian.
Saat ini, harga minyak dunia telah meningkat 6 persen sejak konflik Israel-Hamas terjadi.
Kepala ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan bahwa konflik Israel-Hamas terjadi ketika perang Rusia-Ukraina telah memberikan tekanan pada pasar.
“Menjadi kejutan terbesar terhadap pasar komoditas sejak tahun 1970an. Hal ini berdampak dan dikhawatirkan mengganggu perekonomian global yang masih berlangsung hingga hari ini,” kata Gill dalam sebuah pernyataan hari Selasa, 31 Oktober 2023, dikutip dari Channel News Asia.
Berita Terkini:
- Pemimpin Baru NTB, Antara Mendunia dan Stagnan
- NET TV Resmi Ditutup, Ini 9 Programnya yang Bikin Kangen Netizen
- Penyebab NET TV Bangkrut, Pendapatan Menurun – Utang Menumpuk
- Jeritan Masyarakat Akibat Tambang Ilegal di Lantung: Pertanian tak Tumbuh, Banyak Ternak Mati
Ia juga mengingatkan kenaikan harga minyak tersebut bergantung dengan kondisi yang terjadi pada harga dan ekspor minyak dunia.
“Para pengambil kebijakan harus waspada. Jika konflik semakin meningkat, perekonomian global akan menghadapi guncangan energi ganda untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade” baik dari perang di Ukraina maupun konflik di Timur Tengah, tegas Gill.
Harga minyak dunia diprediksi akan mengalami kenaikan dari 3 hingga 13 persen, dengan harga antara USD 93 dan USD 102 per barel.
Sementara itu, skenario median memperkirakan harga minyak akan mengalami kenaikan hingga USD 121. Bahkan, skenario terburuk harga minyak bisa mencapai puncaknya antara USD 140 dan USD 157. (WIL)