Mataram (NTBSatu) – Konflik Israel dengan Hamas semakin memanas sejak serbuan yang dilakukan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu. Setelah itu, Israel pun melancarkan serangan balik tanpa henti melalui udara yang memicu korban sipil Palestina lebih banyak.
Melihat keadaan yang cukup sedih di Palestina, sejumlah orang pun tergerak untuk melakukan donasi. Namun, di tengah kesedihan mereka, ada saja oknum yang menipu dengan modus mengumpulkan donasi melalui email dan situ palsu.
Perusahaan keamanan siber di Rusia, Kaspersky mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi ada kampanye penipuan yang mengeksploitasi konflik Israel-Hamas.
“Para penyerang berusaha memanfaatkan kesediaan masyarakat untuk membantu mereka yang terkena dampak dengan menipu calon korban agar memberikan donasi, yang pada akhirnya berujung pada pencurian uang,” jelasnya, dikutip dari siaran persnya, Selasa, 24 Oktober 2023.
Berita Terkini:
- Iron – Edwin Puncaki Survei PUSPOLL di Pilkada Lombok Timur
- Pemkot Mataram Sebut Evaluasi Netralitas ASN Sesuai Aturan
- Gelar Pengawasan APIP Kota Mataram, 39 OPD Raih Predikat Sangat Baik
- Kasus Dugaan Penggelapan Mobil Oknum Perwira Diambil Polda NTB
Menurut Kaspersky, penjahat siber sudah menyebarkan lebih dari 500 email penipuan dan membuat situs web palsu. Sementara Pakar Kaspersky mengamati lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris yang meminta sumbangan bagi mereka yang terkena dampak konflik.
“Solusi keamanan perusahaan mendeteksi lebih dari 540 email semacam itu,” lanjutnya.
Bentuk penipuannya, penyerang menggunakan teknik rekayasa sosial canggih untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat membantu dan mencoba memikat calon korban agar memberikan donasi palsu.
Penyerang menyamar sebagai organisasi amal dan menggunakan bahasa emosional untuk membujuk pengguna agar mengeklik tautan situs web penipuan. Kemudian mereka akan diminta untuk berkontribusi. Email penipuan ini datang dari berbagai alamat.
“Dalam email ini, penipu mencoba membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam,” ujar Kaspersky.