Olahraga

Suporter Cemooh Lagu “God Save The King”, Ternyata Liverpool Punya Sejarah Buruk dengan Kerajaan

Mataram (NTB Satu) – Aksi kontroversial suporter Liverpool saat laga melawan Brentford terlihat mencoreng pelantikan Charles III sebagai raja Inggris. Aksi nyeleneh itu terjadi ketika berlaga di kandang sendiri pada Sabtu, 6 Mei 2023.

Dimana pada laga tersebut, asosiasi sepak bola Inggris, FA mengadakan seremoni menyanyikan lagu “God Save The King”. Lagi itu ditujukan sebagai penghormatan kepada raja yang baru dilantik.

Anehnya, fans Liverpool meneriakkan ejekan hingga suara lagu seremoni tak terdengar. Bahkan pemain Inggris Alexander Arnold dan pemain Skotlandia Andy Robertson terlihat tak ikut bernyanyi.

Hanya sang kapten, Jordan Henderson yang terlihat menggerakkan bibir sesuai lirik lagu.

Punya Sejarah Buruk dengan Kerajaan

Selama ini masyarakat Liverpool memang enggan menyebut dirinya sebagai “orang Inggris”. Mereka lebih senang menyebut dirinya “Scousers”, orang Scouse. Dimana Scousers merupakan sebutan penghinaan kepada masyarakat miskin Liverpool.

Mengutip Irish Times, scouse semula merujuk makanan rebus yang menggunakan daging sisa, yang dianggap tidak layak dimakan. Kemiskinan itu semakin terlihat saat era pemerintahan Perdana Menteri Margaret Thatcher.

Berbagai kebijakan saat itu diambil Thatcher dengan sikap tegas, terutama dalam mengurangi subsidi dan memotong anggaran sosial. Thatcher juga diam saat dilawan dengan berbagai demonstrasi dan aksi mogok kerja.

Lemahnya kebijakan ekonomi Thatcher dinilai mengeksploitasi dan membuat para buruh di kota-kota industri seperti Liverpool semakin miskin.

Kepedihan itu semakin bertambah setelah terjadinya Tragedi Hillsborough. Ada stereotipe buruk yang dilekatkan pada masyarakat Liverpool, sehingga para suporter The Reds disudutkan dalam tragedi tersebut.

Tragedi Hillsborough sendiri merupakan tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepak bola karena saling berjejalan di Hillsborough pada 15 April 1989. Peristiwa tersebut mengakibatkan 97 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool FC.

Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya.

Selama bertahun-tahun suporter dianggap sebagai penyebab terjadinya tragedi, bahkan difitnah berbuat keji seperti merampok dan melecehkan korban tewas.

Fitnah ini bahkan disajikan dalam halaman depan The Sun, salah satu koran milik kelompok konservatif. Headline itu juga disinyalir terjadi karena sentimen geopolitik yang terjadi di Inggris. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button