Mataram (NTB Satu) – Buta aksara di NTB masih menjadi permasalahan dan catatan perbaikan bagi Pemerintah Provinsi NTB. Sejauh ini, permasalahan buta aksara di NTB masih didominasi oleh siswa jenjang Sekolah Dasar. Kasus yang tetap muncul dan berulang di setiap peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
“Sekarang namanya bukan buta aksara lagi. Tapi, melek huruf. Untuk masalah melek huruf, berdasarkan data Statistik pusat dan NTB. Siswa jenjang SD yang masih lumayan,” tutur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, H. Aidy Furqan, ditemui usai upacara Hardiknas Selasa, 2 Mei 2023.
Layanan akses pada pendidikan dasar masih belum optimal. Sehingga mengakibatkan susah untuk dijangkau. permasalahan buta aksara ini memang masih rentan di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Terutama daerah-daerah yang memang cukup sulit dijangkau.
“Anak kecil kan susah, mereka sekolahnya jauh dari tempat tinggalnya. Beda dengan anak sekolah menengah, mereka bisa naik motor, boncengan atau sebagainya,” tandasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021-2022. Angka buta aksara Provinsi NTB adalah 12,61 persen. Angka tersebut menempatkan Provinsi NTB pada urutan kedua tingkat buta aksara di Indonesia.
“Untuk perilisan data terbaru tahun 2023 saya belum dapat report-nya. Semoga bulan Mei mendatang sudah keluar dan angka buta aksara Provinsi NTB tahun 2023 menurun,” sambungnya.
Sebagai upaya Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) dalam meminimalisir angka buta aksara di NTB. Kami membuat program yang disebut dengan “Peran Serta”.
Untuk masifkan program tersebut, pihak Dikbud membangun kemitraan dengan pemerintah Kabupaten dan Kota.
“Kami terus berusaha untuk koordinasi dengan pemerintah Kabupaten dan Kota. Karena sejatinya buta aksara itu tugasnya kabupaten dan kota. Tapi, selaku Kepala Dinas Provinsi saya tidak bisa lepas tangan, kita cari strateginya melalui kolaborasi, fasilitasi dan koordinasi,” tutupnya. (MYM)