Mataram (NTB Satu) – Beberapa hari terakhir, di sejumlah wilayah Indonesia termasuk NTB tiba-tiba dilanda hujan yang sangat lebat. Bahkan menimbulkan banjir pada sejumlah wilayah seperti Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat dan Makassar.
Ternyata, fenomena itu disebabkan oleh akumulasi hari tanpa hujan (dry spell) pada musim hujan yang meningkat.
“Durasi musim hujan lebih panjang namun dry spell meningkat di Indonesia (Ferijal et al., 2022). Apa konsekuensinya? Jika dry spell atau hari-hari tanpa hujan selama musim hujan meningkat, artinya sekali hujan maka intensitas bisa meningkat berkali-kali lipat,” terang Ahli Klimatologi dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yulihastin, dikutip dari utas Twitter @EYulihastin, Rabu, 15 Februari 2023.
Ia menambahkan fenomena tersebut terjadi untuk menjaga jumlah air di atmosfer yang harus selalu tetap. Maka dari itu, hanya dua opsi yang terjadi, yakni hujan harian turun dengan intensitas lebat hingga ekstrem atau durasi hujan lama atau persisten hingga lebih dari enam jam.
Selain itu, terang Erma, durasi musim hujan yang lebih panjang dan peningkatan hujan ekstrem merata di wilayah Indonesia telah terbukti selama tiga tahun terakhir (2020-2022).
Dalam utasnya, Erma juga mengutip sebuah studi berjudul “Spatial and temporal variation in rainy season droughts in the Indonesian Maritime Continent” yang diterbitkan di Journal of Hydrology dan menyebut meski musim hujan lebih panjang, tetapi ada peningkatan juga pada tingkat keparahan kekeringan.
“…meskipun ada peningkatan total akumulasi curah hujan dan durasi musim hujan, area yang luas dalam rezim monsun juga mengalami peningkatan keparahan kekeringan, mengindikasikan curah hujan ekstrem yang lebih sering,” tulisnya.
Lebih lanjut, Erma menyoroti wilayah Jawa Timur sebagai wilayah yang paling dominan dipengaruhi anomali cuaca yang berpotensi banjir terparah. Hal ini didapatkannya dari data akumulasi hujan deras hingga ekstrem yang persisten terjadi hampir setiap hari selama dua pekan terakhir.
“Kalau bicara akumulasi hujan deras hingga ekstrem yg persisten terjadi hampir setiap hari selama dua pekan terakhir, maka wilayah Jatim adalah wilayah yang paling dominan dipengaruhi anomali cuaca yang berpotensi banjir terparah,” tulisnya.
Erma mengatakan peningkatan hujan ekstrem ini merupakan indikasi perubahan iklim. Menurutnya, hal ini sudah terbukti secara klimatologis berdasarkan data hujan selama tiga puluh tahun terakhir.
“Salah satu indikasi perubahan iklim di Indonesia adalah durasi musim hujan yang lebih panjang, dan itu telah terbukti secara klimatologis berdasarkan data hujan selama tiga puluh tahun terakhir,” jelasnya.(RZK)