Mataram (NTB Satu) – Kelompok musik atau band asal Bogor, yakni The Jansen menggelar perayaan atas rilisnya single Planetarium di Kota Mataram, pada Rabu, 30 November 2022 malam. Selain itu, Kota Mataram dipilih sebagai lokasi terakhir dari rangkaian tur Banal Wisata milik The Jansen yang diselenggarakan di sepuluh kota, terhitung sejak 11 November 2022.
Manajer The Jansen, Muhamad Aldian Maulana mengatakan, ia memilih Pulau Lombok sebagai titik lokasi terakhir tur Banal Wisata dengan alasan ingin merilis single Planetarium. Sebab, penyanyi asli dari single Planetarium memang berasal dari Pulau Lombok, yaitu Mirakei. Oleh karena itu, Pulau Lombok dipilih sebagai lokasi perayaan rilis Planetarium dan menyelesaikan proyek tur Banal Wisata milik The Jansen.
“Selain ingin merilis single Planetarium, tidak ada alasan khusus memilih Pulau Lombok. Saya merasa bahwa setiap musisi memiliki kebebasan untuk berangkat tur sejauh-jauhnya, tanpa harus membaca data statistik jumlah pendengar dari sebuah band atau musisi yang menjalankan tur,” ujar Aldian, ditemui NTB Satu di Kota Mataram, Kamis, 1 Desember 2022.
Dari 10 titik lokasi The Jansen menjalankan tur, Aldian menerangkan hampir keseluruhan memiliki nuansa yang berbeda. Untuk di Pulau Lombok, ia menyatakan bahwa penonton yang hadir di lokasi konser The Jansen tidak hanya terbatas pada satu kalangan belaka. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena acara yang dibuat tidak dipungut biaya.
“Untuk di beberapa kota lainnya, penonton yang hadir di konser The Jansen cukup terfilter, yaitu orang-orang yang memang ingin menikmati pertunjukan yang disuguhkan oleh The Jansen. Konser The Jansen yang di Pulau Lombok sangat positif, karena tidak hanya terbatas pada pendengar The Jansen saja,” jelas Aldian.
Setelah menyelesaikan konser di Pulau Lombok, Aldian mengungkapkan bahwa The Jansen ingin sekali bertandang kembali ke Pulau Lombok. Ibarat sebuah tanaman, The Jansen perlu merawat dan melihat tanaman yang telah ditanam di Pulau Lombok
Lebih lanjut, Aldian berpesan, apapun misi yang diusung oleh setiap band, harus selalu merawat konsistensi. Sebab, konsistensi adalah hal yang utama. Sementara itu, untuk dunia permusikan di Kota Mataram, Aldian berpesan agar masing-masing stakeholder dan ekosistem perlu menjaga keberlanjutan musik di Pulau Lombok.
“Genre musik memang tidak harus selalu selaras. Namun, keberlanjutan dari ekosistem musik di Pulau Lombok mesti terus dijaga untuk menumbuhkan regenerasi musik yang baik di Pulau Lombok. Menjaga keberlanjutan tersebut akan membuat regenerasi terus bertumbuh, dan orang-orang terdahulu akan terus diingat oleh generasi masa depan,” tandas Aldian.
Sementara itu, Pembetot Bass The Jansen, Adji Pamungkas mengatakan, Pulau Lombok adalah satu lokasi konser The Jansen yang paling banyak didatangi oleh apresian dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa konser The Jansen di Pulau Lombok akan didatangi oleh banyak apresian, terlebih konser tersebut terlaksanakan pada hari kerja, bukan hari libur.
“Karena apresian The Jansen di Pulau Lombok cukup banyak, itu kemudian membuat kami sangat grogi. Apalagi, Pulau Lombok menjadi lokasi tur paling jauh yang pernah didatangi oleh The Jansen. Kami sangat senang dapat manggung di Pulau Lombok,” ujar Adji.
Perasaan grogi tersebut muncul lantaran The Jansen harus makin mempertanggungjawabkan karya-karyanya di hadapan apresian yang cukup banyak.
Sewaktu konser di Pulau Lombok, The Jansen sempat mendapati sedikit kericuhan lantaran saling senggol satu sama lain. Namun, hal tersebut bersifat sangat biasa dan tidak memiliki tingkat urgensi yang tinggi. Sebab, The Jansen memang telah berkomitmen untuk menciptakan ruang konser yang aman dari kekerasan fisik dan seksual.
Untuk hal-hal di luar konser, Adji sangat menikmati kuliner-kuliner di Pulau Lombok. Selain itu, untuk musisi-musisi di luar Pulau Lombok, ia berpesan agar jangan ragu untuk menjadikan Pulau Lombok sebagai lokasi tur. Sebab, penonton di Pulau Lombok memang sangat menyenangkan.
“Saya meyakini bahwa setiap musisi akan menghasilkan karya yang bagus. Selain itu, setiap musisi pasti memiliki teknik promosi yang berbeda-beda. Maka, teruslah berkarya. Sebab, karya adalah satu-satunya hal yang dapat mendorong musisi untuk meraih kejayaan,” tandas Adji.
Tur The Jansen di Kota Mataram difasilitasi oleh Mataram City Sound, sebuah gerakan musik yang diinisiasi oleh pegiat musik di Kota Mataram serta dibantu Kava Coffee and Eatery. Konser The Jansen di Kota Mataram bertajuk “Sebelah Timur”.
Dalam konser “Sebelah Timur”, turut tampil band asal Pulau Lombok, seperti Highway, Brakeless Blue, dan The Dare. Konser Sebelah Timur pun turut menginisiasi sesi diskusi bertajuk “Band Tour and Manager Band” yang turut menghadirkan Muhammad Aldian, Timmy Adhipa, Oni Kill, serta Bagus Krisna dan Yulia. (GSR)