Mataram (NTB Satu) – Sejumlah sopir angkot atau bemo kuning di Kota Mataram mengeluh dengan naiknya harga BBM yang mendahului peraturan penyesuaian tarif bemo. Hal ini menyebabkan pendapatan tidak sesuai dengan biaya operasional.
Secara terpaksa, dengan kesepakatan sesama sopir bemo, mereka menaikkan ongkos yang mulanya Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu menjadi Rp 7 ribu untuk rute Pasar Mandalika-Cakranegara-Pasar Kebon Roek, Ampenan.
“Kenapa minyak duluan naik, sedangkan ongkos belum naik? Kita berani saja menaikkan, tapi belum stabil, kadang dia (penumpang) masih bayar Rp 3 ribu,” ujar Ramli saat ngetem di Pasar Mandalika tidak lama ini.
Dengan naiknya harga BBM tersebut, mereka memilih untuk lebih banyak “ngetem” daripada berkeliling mencari penumpang, karena takut bahan bakar terbuang sia-sia.
Dikatakan Ramli, sebelum BBM naik, biaya operasional dalam sehari membutuhkan sekitar Rp 75 ribu, namun sekarang melambung hingga Rp 130 ribu.
“Kalau kita beli 5 liter cuma jalan sekali, tidak berani jalan dua kali,” ungkap Ramli.
Sopir lain bernama Mardani juga turut memberi keluhan. Selain susahnya mendapat penumpang, terkadang ia juga jengkel dengan proses pembelian BBM subsidi yang kini juga tidak kalah susahnya, alias berbelit-belit.
“Sulit kita beli, lama pokoknya prosesnya. Itu diperiksa, plat diperiksa baru diisiin. Kalau penumpang malahan menurun dia, ini kita ngetem dari jam 6, dapat penumpang kadang nanti jam 12, paling 3 penumpang kita dapat, yang bawa barang dari pasar,” tutur Mardani.
Mereka pun berharap, agar ada perhatian khusus dari pemerintah untuk memberikan solusi yang pemungkas. Karena diakui saat ini, tidak sedikit bemo yang berhenti beroperasi karena biaya operasional yang terlampau tinggi. (RZK)