Mataram (NTB Satu) – Perum Bulog Wilayah NTB mendatangkan ribuan ton kedelai dari Pulau Jawa untuk mengguyur para perajin tahu tempe, di tengah melambungnya harga kedelai impor.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis mengatakan, sudah terjual sebanyak 2.436 ton kedelai untuk memenuhi kebutuhan para perajin tahu tempe di wilayah ini.
“Harga yang kami berikan Rp11.000 perkilo. Harga kedelai di pasaran berdasarkan pantauan kami Rp15.000 perkilo, sampai Rp20.000 perkilo,” kata Muis, di temui di ruang kerjanya, Selasa 19 Juli 2022.
Realisasi penjualan kedelai ini sudah berjalan sejak Mei , Juni, dan Juli 2022 ini. Tingginya harga kedelai impor di tengah situasi ekonomi global seperti ini, kata Muis, menyulitkan para perajin tahu tempe yang mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku.
“Hukum ekonomi terjadi. Stok kurang, harga naik. Supaya perajin tahu tempe tidak kesulitan bahan baku, Bulog masuk menyiapkan kedelai dengan harga murah kepada perajin tahu tempe di NTB,” imbuhnya.
Muis menambahkan, penyediaan kedelai oleh Perum Bulog disambut baik oleh para perajin tahu tempe. Hingga terjual sebanyak 2.436 ton selama rentang waktu yang singkat. Bahkan angka penjualan kedelai ini lebih tinggi dibandingkan penjualan jagung yang baru 1.740 ton.
Penyediaan kedelai dengan harga jauh lebih rendah dari harga pasaran ini, lanjut Muis, akan berlanjut hingga penugasan dari pemerintah selesai. Harga kedelai di pasaran saat ini masih mahal. Umumnya kedelai impor.
Muis memastikan, intervensi Bulog ini akan berlanjut hingga harga stabil kembali. Jika tidak diintervensi seperti ini, tidak menutup kemungkinan, harga tahu dan tempe meroket. Sementara tahu dan tempe ini termasuk komoditas pangan strategis yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap hari.
“Kalau tingginya harga kedelai luar tidak diintervensi oleh Bulog, bisa saja akan banyak perajin tahu tempe yang gulung tikar. Atau alternatifnya harga tahu tempe akan turut meroket,” imbuhnya.
Diketahui, harga kedelai impor mengalami kenaikan secara bertahap sejak awal tahun 2022 ini. Kenaikan harga terjadi akibat ketidakpastian ekonomi global akibat Pandemi Covid-19. Di Mataram, para perajin tahu tempe juga mengeluh hebat, dengan tingginya harga bahan baku kedelai impor yang dibeli dari pengusaha komoditas di Kota Mataram.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuat tahu tempe dari kedelai lokalan NTB, diakui sulitnya mendapatkan stok. (ABG)