Lombok Timur (NTB Satu) – Antrean kendaraan roda empat ‘mengular’ di jalur masuk menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Kendaraan didominasi pemudik yang hendak menyeberang ke Pulau Sumbawa. Panjangnya mencapai sekitar 2 kilometer.
Antrean tak bisa dihindari sejak Pukul 06.00 Wita, dampak arus mudik Idul Fitri 1443 Hijriyah yang tak terbendung setelah Virus Covid-19 terus melandai. Sementara puluhan armada kapal yang disediakan pihak PT. ASDP (Persero) tidak imbang dengan arus mudik yang sudah sampai puncaknya sejak Kamis 28 April 2022.
Para pemudik harus sabar menunggu sembari perlahan lahan bergerak mendekati loket, meski pergerakannya tidak lancar. Sekali injak pedal gas, jaraknya hanya beberapa jengkal, kemudian berhenti, begitu seterusnya. Pemudik yang mulai rasakan bosan di dalam mobil, sesekali keluar sambil menunggu kendaraan di depan perlahan maju.
Lamanya antrean ini tak sedikit membuat para calon penumpang menggerutu. Mereka yang seharusnya bisa tiba di kampung halaman, jauh molor dari perkiraan. “Saya berangkat Jam 4 subuh, perkiraan bisa sampai nanti sore di Donggo Kabupaten Bima. Tapi kalau begini, ya molor, bisa tiba malam hari di kampung,” keluh pekerja swasta bidang advokasi kesehatan ini.
Yanto, pegawai instansi vertikal di Mataram bahkan berangkat lebih awal, sekitar Pukul 03.00 dinihari. Begitu mendekati jalur menuju pintu masuk pelabuhan, ia di hadapkan dengan antrean panjang. “Jam segini, antrean saya baru masuk ke gapura Pelabuhan,” keluhnya, sembari menunjuk arlojinya yang sudah menunjukkan Pukul 09.00 Wita. Artinya, jika dipotong perjalanan 2 jam, maka ia sudah antre selama 5 jam di sana.
Otoritas Pelabuhan Kayangan melalui GM ASDP Kayangan, Ahmad Faizal memastikan tidak ada kendala teknisi operasional. Faktor utama akibat intensitas penumpang arus mudik yang melonjak drastis.
“Tidak ada masalah di dermaga dan kapal. Semua lancar beroperasi. Cuma memang sudah di luar perkiraan awal akan terjadi lonjakan penumpang yang luar biasa seperti ini,” Jawab Faisal.
Ada ribuan sepeda motor, ratusan mobil pribadi dan belum termasuk moda angkutan umum lainnya.
Armada kapal yang dikerahkan juga sudah maksimal. Dari 24 unit kapal yang dioperasikan dengan sistem shift, ditambah satu trip lagi sehingga menjadi 6 trip dari 5 unit batas maksimal. “Ini benar benar tinggi sekali intensitas penumpang, bahkan sudah gak normal lagi untuk ukuran jumlah arus mudik,” ujarnya. (HAK)