Daerah NTB

Komunitas Senyum Puan Tebar Kasih Melalui Gerakan “Berani Tes HIV”

Mataram (NTB Satu) – Sejarah mencatat bahwa kaum perempuan memang telah merasakan kenyatan yang pahit sejak zaman dahulu hingga sekarang ini. Banyak pihak menganggap perempuan sebagai kaum yang tidak berdaya, lemah dan selalu menjadi yang “ke-2″. Berbagai bentuk diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil diterima oleh kaum perempuan. Kaum perempuan kemudian mencoba berjuang untuk mendapatkan hak mereka sebagai manusia.

Mulai dari hal yang sangat kecil yaitu diskrimnasi di lingkungan hingga berbagai permasalahan lainya seperti hak politik, permasalahan ekonomi dan isu lainnya. Sejak saat itu, berbagai gerakan untuk membela hak-hak perempuan, terus digalakkan. Salah satu cara yang ditempuh adalah, mendirikan komunitas-komunitas yang bertujuan untuk membela serta memperjuangkan hak-hak perempuan. Di NTB, salah satu komunitas yang aktif dalam gerakan memperjuangkan hak-hak perempuan adalah komunitas Senyum Puan.

Pendiri komunitas Senyum Puan, Ade Lativa Fitri mengatakan, komunitas tersebut dibentuk atas dasar banyaknya perilaku diskriminatif, terkait dengan pembatasan perempuan untuk berkarir. Pasca membentuk Senyum Puan, Adel, sapaan akrabnya, mulai memberanikan diri untuk bersuara di sosial media dan memancing response sejumlah orang.

“Awal terbentuknya Senyum Puan, itu sebenarnya dari pengalaman pribadi saya yang sempat mengalami beberapa hal yang tak enak. Terkait dengan pembatasan perempuan untuk berkarir. Terus, dari situ, saya sering speak-up di sosmed, dan ternyata itu nge-trigger orang-orang untuk cerita juga ke saya,” jelas Adel, saat ditemui langsung ntbsatu.com, Selasa, 15 Maret 2022.

Senyum Puan memfokuskan diri pada tiga hal. Pertama, edukasi masyarakat, kemudian advokasi isu dan pemberdayaan remaja, khususnya perempuan.

Sedangkan, untuk program unggulan dari Senyum Puan, dibagi menjadi dua. Pertama, Hotline Ruang Aman dan kedua, Aksi Puan.

IKLAN

“Jadi, hotline ruang aman itu adalah layanan aduan untuk orang-orang yang mengalami kekerasan atau sekadar cuma ingin curhat, juga bisa. Kalau yang Aksi Puan itu, kita turun ke desa, kelurahan, untuk pemberdayaan dan edukasi perempuan,” tutur mahasiswa semester akhir Universitas Mataram ini.

Di samping dua program unggulan tersebut, Senyum Puan juga memiliki beberapa program lainnya, seperti Kelas Puan dan Kamis Kasih. Dua program tersebut, berfokus pada bidang edukasi untuk anggota Senyum Puan sendiri.

Ia menilai, sebagian masyarakat Lombok, umumnya masih terjerumus pada pemikiran konservatif yang dikurung oleh berbagai nilai, seperti adat, budaya, serta agama. Senyum Puan, ketika turun ke lapangan, menurut keterangan dari Adel, mendapatkan respon yang sangat positif. Adel menduga, respon positif terjadi, karena gerakan Senyum Puan murni bekerja di bidang pemberdayaan.

“Respon mereka (masyarakat) sih, positif banget. Karena kalau kita turun ke masyarakat di desa maupun kelurahan, Senyum Puan bikin pusat edukasi dan konseling. Mungkin karena itu, mereka kasih respon yang positif,” terang Adel.

Pada rangkaian acara perayaan Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret, Senyum Puan menggelar acara, “Berani Tes HIV”. Adel mengatakan, ide awal menggelar acara tersebut, karena Senyum Puan merasa masalah kesehatan reproduksi pada perempuan, perlu diangkat.

“Kesehatan reproduksi sebagai hak perempuan, perlu diangkat. Terlebih, angka kematian ibu dan anak di NTB, tinggi banget. Apalagi, rata-rata stunting NTB, lebih tinggi dari rata-rata stunting Indonesia,” ucap Adel.

Ade Lativa Fitri. Foto: Gilang Sakti Ramadhan

Ditanya mengenai respon masyarakat soal, “Berani Tes HIV” sekali lagi, mendapatkan respon yang positif. Terlebih, Senyum Puan menggelar acara tersebut, di sekitar sekretariat mereka, yang berlokasi di Kelurahan Pagutan Timur.

“Kalau kemarin itu (Berani Tes HIV) disambut baik banget. Kebetulan, kita ngadain acara itu di kelurahan sekitar sekretariat Senyum Puan,” kata perempuan yang dahulunya adalah pegiat teater di kelompok Teater Piss SMAN 4 Mataram ini.

Kedepannya, Senyum Puan akan secara terus-menerus mengkampanyekan “Berani Tes HIV”. Selain program, “Berani Tes HIV” Senyum Puan akan semakin gencar menggerakkan berbagai tes lainnya, seperti tes penyakit seksual menular lainnya. Karena, yang sebenarnya diinginkan oleh Senyum Puan adalah, menekan angka penyintas penyakit menular seksual. Dari gerakan tersebut, Senyum Puan ingin melebur dengan stigma bahwa penyintas HIV perlu dijauhi.

Gerakan “Berani Tes HIV” tentunya memiliki tantangan tersendiri. Adel berujar, melawan stigma dan meyakinkan masyarakat agar jangan merasa takut, adalah dua hal yang paling sulit dilawan.

“Masih banyak yang merasa kalau seandainya kita tes HIV, itu artinya kita perempuan yang ‘kenapa-kenapa’. Padahal, yang namanya pencegahan, adalah hal yang sangat perlu,” ungkap mahasiswi jurusan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan bidang studi Bahasa Inggris ini.

Ditanya mengenai harapannya perihal “Berani Tes HIV”, Adel berpesan, perempuan jangan merasa terbebani bakal dicap nakal oleh sekelompok orang hanya karena tes HIV. Memberanikan diri untuk tes HIV justru digunakan sebagai alat untuk mengetahui bagaimana menjaga alat reproduksi perempuan. Selanjutnya, ketika sudah tes HIV, hal tersebut jangan dijadikan alasan untuk menghakimi persona lain.

“Jangan merasa kalau kita tes HIV itu, kita adalah perempuan yang nakal. Pun nanti ketika sudah tes HIV itu jangan dijadikan alasan untuk menghakimi orang lain,” tutup Adel. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button