Mataram (NTB Satu) – Fenomena rendahnya minat baca di Indonesia disebabkan oleh faktor yang kompleks. Di Provinsi NTB sendiri, persoalan literasi menjadi urgen untuk diperbincangkan lantaran banyak sekolah yang kurang memperhatikan masa depan literasi.
Terkait hal itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Provinsi NTB mengatakan, saat ini ratusan perpustakaan di sekolah belum terakreditasi.
“Pengamatan kami, perpustakaan sekolah di NTB belum tersentuh institusi pendidikan. Banyak sekolah belum memenuhi standar layanan perpustakaan,” jelas Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB, Julmansyah, S.Hut, menjawab ntbsatu.com, Kamis, 10 Februari 2022.
Permasalahan akreditasi perpustakaan, sambung Julmansyah, bukan hanya dijumpai di sekolah negeri, melainkan banyak ditemukan di madrasah maupun pondok pesantren (Ponpes) di NTB.
“Dari data kami, ada 799 Ponpes, 581 Madrasah Aliyah, dan 955 Madrasah Sanawiyah. Tapi, masih sedikit yang terakreditasi perpustakaannya,” tuturnya.
Menurutnya, permasalahan ini bisa diselesaikan apabila respon sekolah tinggi terhadap kondisi literasi di internal masing-masing.
Padahal, banyak buku yang bisa didatangkan dari pusat ke daerah untuk menunjang standar perpustakaan di sekolah. “Ayo daftar ke kami, biar nanti di ACC sama perpustkaan nasional,” ucapnya.
Di sisi lain, komunikasi yang antar institusi menjadi penyebab lain dari rendahnya akreditasi perpustakaan di sekolah.
“Komunikasi kita sangat lemah. Peran seluruh pemangku kepentingan literasi sangat penting untuk tingkatkan minat baca murid di sekolah,” pungkas Julmanysah. (DAA)