Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Pusat pada 23 September 2022, melalui Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro menjelaskan, terdapat sejumlah indikator untuk suatu negara bila menyatakan diri masuk ke dalam fase endemi. Salah satunya yaitu laju penularan kasus hingga tingkat keterisian tempat tidur dalam waktu enam bulan tetap stabil pada jumlah rendah.
Walaupun begitu, saat ini World Health Organization (WHO) masih menetapkan status pandemi Covid-19 untuk seluruh negara di dunia. Apabila Indonesia ingin segera keluar dari pandemi Covid-19 dan masuk ke fase endemi, Reisa menekankan harus memenuhi indikator yang dipersyaratkan oleh WHO.
Menurut Reisa, saat ini seluruh negara termasuk Indonesia tengah berusaha mencapai garis akhir dengan bekerja sama untuk berupaya dan tetap waspada dalam menyelesaikan pandemi.
WHO telah mengeluarkan enam kertas kebijakan atau policy briefs sebagai rujukan seluruh negara dan otoritas kesehatan dalam langkah penutupan pandemi Covid-19. Enam panduan tersebut berisi tentang tindakan-tindakan penting yang dapat diterapkan oleh pembuat kebijakan nasional dan daerah.
Menanggapi hal itu, Asisten III Sekretariat Daerah NTB. dr. Nurhandini Eka Dewi mengatakan, untuk sementara ini, jumlah warga yang terpapar Covid-19 di NTB pun masih terkendali. Namun, menyatakan bahwa pandemi segera berakhir adalah keputusan WHO.
“Sebuah endemi ditetapkan oleh WHO dan dapat diumumkan bila tingkat terpapar penyakit yang menyebar berada dalam jumlah tertentu dan konsisten selama enam bulan,” ujar Eka, Kamis, 29 September 2022.
Apabila Pemerintah Pusat belum menyatakan status endemi, maka daerah, termasuk Pemerintah Provinsi NTB pun belum bisa menyatakan endemi.
Menurut Eka, melihat tren yang berlaku, maka Pandemi Covid-19 belum dapat berubah menjadi endemi.
“Sebagai contoh, penderita Covid-19 di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali pun masih banyak sekali. Kalau Pandemi Covid-19 di kebanyakan daerah tersebut belum dapat dikendalikan, maka cenderung akan susah menuju endemi,” ungkap Eka.
Dibandingkan dengan empat daerah tersebut, Eka menekankan, situasi Pandemi Covid-19 di NTB jauh lebih baik.
“Untuk risiko di NTB sendiri, paling besar disebabkan oleh pelaku perjalanan, termasuk orang-orang yang keluar masuk NTB,” pungkas Eka. (GSR)