Unram dan JWARA Project Gelar Diseminasi Riset Kesehatan Mental Pekerja Migran NTB
Mataram (NTBSatu) – Universitas Mataram (Unram) bersama JWARA Project menggelar diseminasi riset kesehatan mental pekerja migran NTB sebagai upaya mendorong penguatan perlindungan dan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 2 Desember 2025, secara daring melalui Zoom Meeting dan siaran langsung YouTube. Unram menyelenggarakan agenda ini bersama Rumah Perempuan Migran, Bersama Foundation, serta mitra pemerintah daerah.
Acara tersebut menutup rangkaian program JWARA Project yang sejak Maret 2025 menjalankan riset, survei, pendampingan, dan edukasi bagi pekerja migran serta keluarga mereka.
Program ini berfokus pada Dusun Perempung, Desa Banyu Urip, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, wilayah dengan jumlah PMI yang cukup signifikan.
Selama pelaksanaan program, tim JWARA Project mengumpulkan data lapangan terkait kondisi sosial dan psikologis pekerja migran.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pemateri dari berbagai institusi. Pemateri tersebut antara lain Project Officer MDW Recharge Hub – CUHK University, Inna Marie Tan Abrogena, Tim Perlindungan dan Pemberdayaan BP3MI NTB, Ni Kadek Eny Hernawati. Selain itu, dari Badan Narkotika Nasional NTB, Wahyu Husni Ilmi, M.Psi., dan Penelaah Teknis Kebijakan Disnakertrans NTB, H. Kadarusna, S.H.,. Para pemateri memaparkan hasil riset dan pengalaman pendampingan pekerja migran.
Literasi Migrasi dan Sinergi Perlindungan PMI
Melalui forum ini, penyelenggara memaparkan temuan terkait kondisi kesehatan mental pekerja migran asal NTB. Diskusi juga mengulas faktor kerentanan yang muncul sebelum keberangkatan, selama bekerja di luar negeri, hingga setelah kembali ke daerah asal.
Forum ini membuka ruang dialog antara akademisi, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang lebih responsif.
Diskusi juga menyoroti kesiapan psikologis PMI NTB, keterbatasan akses informasi, serta kesenjangan antara harapan dan realitas kerja pada negara tujuan. Temuan menegaskan, pentingnya penguatan literasi migrasi yang komprehensif sebelum keberangkatan.
Literasi tersebut mencakup pemahaman kontrak kerja, hak dasar pekerja, mekanisme pengaduan, serta manajemen kesehatan mental.
Hasil diskusi menunjukkan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan PMI membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Sinergi antara pemerintah daerah, BP3MI, layanan kesehatan, dan organisasi masyarakat sipil menjadi kunci untuk memastikan dukungan berkelanjutan bagi pekerja migran NTB dan keluarga mereka. (*)



