Diskominfotik SumbawaSumbawa

Menghitung Nilai Ekonomi Hiu Paus di Teluk Saleh

Sumbawa Besar (NTBSatu) – Kawasan Teluk Saleh di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dianggap memiliki kandungan ekonomi yang tak terkira. Salah satu dari sekian banyak spesies yang bernilai tinggi di kawasan tersebut adalah Hiu Paus.

Data yang dipublikasikan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia menyebutkan, secara hitungan ekonomi, satu individu Hiu Paus semasa hidupnya apabila digunakan untuk pemanfaatan non-ekstraktif (wisata) bernilai US$34,906 per tahun atau US$2 juta sepanjang hidup (60 tahun).

Jika dihitung menggunakan kurs saat ini, nilai ekonomi Hiu Paus jika dimanfaatkan untuk non-ekstraktif akan setara dengan Rp33,5 miliar lebih.

Namun apabila mereka dimanfaatkan untuk aktivitas ekstraktif alias perikanan, maka nilainya hanya bernilai US$4.91–17.16 per kilogram atau US$12,948 untuk 2.800 kilogram (Chen & Phipps, 2002).

Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia menyebutkan, Hiu Paus telah sejak lama menjadi atraksi yang banyak menarik perhatian turis di seluruh dunia dan bernilai lebih dari US$42 juta per tahun, atau setara dengan Rp609 miliar.

Sementara laporan valuasi ekonomi setiap lokasi beragam di South Ari Atoll, Maladewa diperkirakan mencapai Rp136 miliar pada tahun 2013 (Cagua et al., 2014) dan di Ningaloo Australia Barat setara dengan Rp61 miliar pada tahun 2006 (Jones et al., 2009).

Industri pariwisata ini telah berkembang di beberapa negara dunia, antara lain Australia, Belize, Kuba, Djibouti, Ekuador, Honduras, Maladewa, Meksiko, Mozambik, Oman, Panama, Filipina, St. Helena, Arab Saudi , Seychelles, Tanzania, dan Thailand.

Konsep ekowisata dinilai akan menjadi insentif bagi masyarakat lokal yang terlibat dalam konservasi Hiu Paus karena memberikan manfaat langsung (nilai tambah) kepada masyarakat. Wisata Hiu Paus ini salah satu contoh upaya perlindungan dan pelestarian yang memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Bahkan, bagi pembangunan daerah melalui efek pengaruh ganda (multiplier effect) yang lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, sehingga dapat menjadi pendorong percepatan pembangunan daerah.

Peran Penting Teluk Saleh

Dokumen laporan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia juga menyebutkan, sebagai lokasi dengan populasi Hiu Paus terbesar kedua di Indonesia, sekitar 108 individu tercatat, Teluk Saleh berperan penting dalam siklus hidup Hiu Paus. Habitat ini memungkinkan Hiu Paus muda tumbuh dan berkembang dengan aman sebelum melanjutkan fase hidup ke area penting lainnya.

Sayangnya, perlindungan habitat ini masih kurang memadai. Hanya sekitar 23 persen dari area hotspot Hiu Paus yang mendapat perlindungan resmi melalui kawasan konservasi. Sementara, sebagian besar area penting masih terbuka terhadap ancaman aktivitas manusia, seperti perikanan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab.

Kurangnya perlindungan di area kritis ini dapat mengancam kelangsungan hidup Hiu Paus, mengingat tingginya ketergantungan Hiu Paus pada Teluk Saleh selama fase penting siklus hidupnya.

Tanpa pengendalian yang memadai, Hiu Paus mungkin akan meninggalkan Teluk Saleh jika tempat tersebut menjadi tidak nyaman dan aman bagi mereka. Padahal, kehadiran Hiu Paus telah membuka peluang ekonomi melalui ekowisata yang berkembang sejak 2018 di Teluk Saleh, dengan nilai surplus ekonomi sekitar Rp1,2 miliar per tahun.

Oleh karena itu, perluasan area perlindungan resmi di Teluk Saleh untuk mencakup seluruh hotspot Hiu Paus melalui pengaturan alokasi ruang dalam model Kawasan Konservasi sangat penting, dengan disertai program pemantauan intensif untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan dan menilai dampak aktivitas manusia.

Upaya konservasi di Teluk Saleh harus mencakup beberapa aspek penting: pertama, memastikan keberlanjutan stok sumber makanan Hiu Paus di kawasan ini; kedua, menjaga kesehatan ekosistem kritis, termasuk hutan mangrove, untuk mendukung keberlanjutan populasi udang rebon sebagai makanan utama Hiu Paus di teluk; ketiga, meminimalkan gangguan dari aktivitas manusia seperti wisata dan polusi; dan keempat, kualitas habitat harus dijaga dari polusi plastik dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan Hiu Paus.

Keempat target ini diharapkan dapat menjadi fokus kawasan konservasi berbasis Hiu Paus pertama di Teluk Saleh, yang tidak hanya melindungi populasi lokal tetapi juga berkontribusi pada pemulihan populasi sehat di Indo-Pasifik, serta mendukung keberlanjutan ekowisata bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Hiu Paus juga memiliki potensi besar sebagai sumber pendanaan berkelanjutan untuk kawasan konservasi melalui ekowisata yang dikelola dengan baik. Ekowisata berbasis Hiu Paus dapat menarik wisatawan domestik dan internasional, menghasilkan pendapatan yang mendukung program konservasi seperti penelitian, pemulihan habitat, dan edukasi masyarakat.

Potensi pendapatan dari tarif masuk wisatawan diperkirakan mencapai Rp1,5 miliar yang juga dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui program pemberdayaan ekonomi.

Dengan demikian, Hiu Paus dapat mendukung upaya perlindungan ekosistem laut sambil berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Komitmen Jarot-Ansori

Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., bersama Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mohamad Ansori pun telah menyadari besarnya potensi yang dikandung Kawasan Teluk Saleh dengan spesies Hiu Paus.

Dalam sejumlah kesempatan, Bupati Jarot kerap menyuarakan komitmen dan dukungan penuh terhadap pengembangan wisata Hiu Paus ini.

Untuk mendukung destinasi wisata Hiu Paus di Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot MP., dan Drs. H. Mohammad Ansori (Jarot-Ansori) berjanji akan membangun pelabuhan kapal pesiar.

“Di desa ini harus ada pelabuhan kapal pesiar,” ujar Bupati Jarot, Minggu, 26 Oktober 2025 lalu.

Menurutnya, dengan adanya Hiu Paus ini merupakan berkah bagi masyarakat. “Ini adalah berkah bagi kita semua. Maka dari itu harus kita jaga. Selain itu juga disini harus kita buat pelabuhan kapal pesiar,” jelasnya.

Dijelaskannya, jika sudah dibangun pelabuhan di sini maka kapal pesiar yang harus menyandar di depan villa Aqila ini. Agar Hiu Paus yang berada di teluk ini tidak terganggu habitatnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button