Desa Songkar Andalkan Pertanian dan Peternakan sebagai Sumber Ekonomi Utama
Mataram (NTBSatu) – Desa Songkar di Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, NTB, tumbuh sebagai salah satu wilayah yang mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai penopang utama ekonomi masyarakatnya.
Kondisi geografis yang dikelilingi hamparan sawah luas, menjadikan desa ini memiliki potensi besar dalam bidang pangan dan pengembangan ternak.
Kepala Desa Songkar, Landrusdi, S.H., menjelaskan, sebagian besar warga menggantungkan hidup melalui dua sektor tersebut.
“Mayoritas pertanian dan peternakan,” ungkapnya kepada NTBSatu, Kamis, 6 November 2025.
Aktivitas pertanian warga berfokus pada komoditas padi sebagai hasil utama, sementara sebagian petani menanam jagung sebagai tanaman tambahan. Dalam bidang peternakan, warga memelihara sapi sebagai sumber ekonomi keluarga yang cukup menjanjikan.
“Pertanian padi pada umumnya dan sebagian tanam jagung. Sedangkan di sektor peternakan, ternak sapi,” tambahnya.
Landrusdi menjelaskan, sistem pertanian di Desa Songkar berjalan dengan dua kali musim tanam padi setiap tahunnya. Sebenarnya, para petani mampu menambah satu musim lagi untuk menanam palawija, namun sebagian warga memilih berhenti karena merasa cukup dengan dua musim padi.
“Songkar adalah desa di tengah hamparan sawah dengan dua kali musim padi, sebetulnya bisa tiga kali musim untuk palawija satu kali, tapi masyarakat keburu melepaskan hawannya,” ujarnya.
Meskipun sektor pertanian terus berkembang, para petani masih menghadapi beberapa kendala, terutama saat curah hujan tinggi. Kondisi geografis yang terbuka menyebabkan banjir sering melanda area persawahan dan mengganggu produktivitas hasil panen.
“Kendala yang sering timbul itu banjir, bila curah hujan cukup tinggi,” tutur Landrusdi.
Dalam sistem pengelolaan lahan, petani Songkar mulai mengadopsi teknologi pertanian modern secara bertahap. Pengolahan tanah menggunakan mesin traktor dan proses panen memakai alat pemotong modern (combent).
Namun, kegiatan penanaman masih berlangsung secara manual karena masyarakat tetap mempertahankan cara tradisional yang dianggap lebih teliti dan sesuai dengan kondisi lahan setempat.
“Sedikit mengalami perubahan karena pada saat mengolah tanah dengan mesin dan pada saat panen dengan combent, pada saat tanam masih manual,” jelas Landrusdi.
Tanggapan Pemprov NTB
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.
Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk ekosistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.
“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.
Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.
“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.
Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.
“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.
“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Tanggapan Pemkab Sumbawa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa, terus memperkuat langkah pembangunan daerah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang beragam. Sektor-sektor seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan perkebunan menjadi fokus utama pengembangan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, Dr. Dedi Heriwibowo menjelaskan, Sumbawa memiliki dua kelompok besar sumber daya alam, yaitu sumber daya tidak terbarukan seperti tambang dan mineral, serta sumber daya terbarukan seperti pertanian dan kelautan.
Pemerintah daerah, lanjut Dedi, terus berupaya mengarahkan transformasi ekonomi menuju sektor yang bersifat berkelanjutan.
“Sektor pertanian dan kelautan disebut sebagai pilar utama, karena keduanya mampu menopang kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang,” kata Dedi kepada NTBSatu.
Selain itu, sektor perkebunan juga tumbuh pesat. Kopi Sumbawa menyumbang lebih dari 42 persen produksi kopi NTB, sedangkan komoditas bawang merah terus meningkat dengan kontribusi 13,83 persen.
Dorongan Agrobisnis dan Agroindustri
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemerintah daerah mendorong penguatan agrobisnis dan agroindustri untuk menciptakan nilai tambah produk lokal.
“Hasil pertanian dan kelautan perlu diolah langsung di daerah. Gabah harus menjadi beras kemasan, jagung diarahkan menjadi bahan industri pakan, dan udang serta rumput laut harus diolah sebelum diekspor,” jelas Dedi.
Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah daerah untuk membuka peluang investasi industri kecil, menengah, hingga besar. Upaya tersebut harapannya mampu memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (*)



