Miris, Siswa di Lombok Timur Seberangi Muara Demi ke Sekolah
Lombok Timur (NTBSatu) – Potret memilukan dunia pendidikan kembali muncul dari wilayah Selatan Kabupaten Lombok Timur.
Sejumlah siswa di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, harus menyeberangi muara yang langsung terhubung ke laut untuk bisa sampai ke sekolah setiap hari.
Mereka menanggalkan sepatu, menggulung celana dan rok, lalu mengangkat tas di atas kepala agar tidak basah diterpa ombak.
Kondisi ini dialami warga Dusun Penyonggok yang terpisah dari pusat desa oleh muara besar menuju Samudra Hindia.
Setiap pagi, anak-anak SD dan SMP berjalan kaki melintasi genangan air laut yang berubah menjadi arus deras ketika pasang.
Jika air sedang tinggi, mereka terpaksa menunggu surut, bahkan ada yang menggunakan sampan seadanya untuk menyeberang.
Kepala Desa Seriwe, Huda Yana membenarkan kondisi tersebut. Ia menyebut, arus muara sangat berbahaya dan kerap mengancam keselamatan anak-anak.
“Mereka tidak bisa menyeberang kalau air sedang pasang karena terlalu beresiko,” ujarnya, Rabu, 5 November 2025.
Pada tahun 2022, pemerintah desa pernah membangun jembatan bambu menggunakan dana APBDes Perubahan senilai Rp212 juta untuk membantu akses warga.
Namun, jembatan tersebut roboh pada 2024 akibat angin puting beliung yang juga merusak rumah-rumah warga di sekitar pesisir.
Pihaknya juga mengaku, pernah dapat bantuan sampan untuk anak sekolah, tetapi sudah rusak. Para murid pun kembali kesusahan.
Menurut Huda, pemerintah desa tidak mampu membangun jembatan permanen karena biaya konstruksi yang besar dan kondisi arus muara yang kuat.
Hingga kini, warga Seriwe masih menanti realisasi pembangunan jembatan permanen yang dapat menghubungkan Dusun Penyonggok dengan Seriwe Induk.
Sementara itu, aktivitas warga, termasuk anak sekolah, masih bergantung pada sampan seadanya untuk menyeberangi muara setiap hari. (*)



