Desa Batu Bangka Andalkan Pertanian, Peternakan, dan Wisata Pesisir untuk Majukan Ekonomi
Sumbawa Besar (NTBSatu) – Desa Batu Bangka, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, terus mengembangkan potensi ekonominya melalui sektor pertanian, peternakan, dan wisata pesisir.
Kepala Desa Batu Bangka, H. Abdul Wahab mengatakan, wilayah pesisir Dusun Perajak menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi dan desa wisata.
Sejak 2017, masyarakat setempat membentuk berbagai kelompok seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), dan kelompok nelayan untuk mengelola potensi laut secara berkelanjutan.
“Di Dusun Perajak ada tempat memancing, restoran apung, budidaya ikan dengan keramba, hingga kegiatan pelestarian terumbu karang,” ujar H. Abdul Wahab kepada NTBSatu melalui telpon WhatsApp pada Minggu, 2 November 2025.
Selain pesisir, sektor pertanian dan peternakan juga tumbuh pesat. Di wilayah Moyo Hilir, masyarakat menanam jagung di lahan kering yang luas. Limbah jagung kemudian dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi dan kambing.
“Dulu warga lebih banyak bekerja sebagai petani nelayan, sekarang banyak yang beternak. Jagung yang dipanen diolah menjadi pakan ternak, sehingga kedua sektor ini saling mendukung,” jelasnya.
Desa Batu Bangka juga memiliki lahan sawah dengan sistem irigasi teknis dan nonteknis yang menunjang produksi padi. Pemerintah desa berupaya menyeimbangkan sektor darat dan laut sebagai sumber ekonomi masyarakat.
Sementara itu, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berkembang melalui kelompok masyarakat yang mengolah hasil laut dan pertanian menjadi produk unggulan seperti keripik ikan dan jajanan tradisional.
Data Geografi Desa Batu Bangka
Desa Batu Bangka terdiri dari lima dusun, yaitu Batu Bangka A, Batu Bangka B, Sengkal A, Sengkal B, dan Perajak. Desa ini memiliki lebih dari 3.000 jiwa dengan sekitar 1.500 kepala keluarga (KK).
Dengan sinergi antara pertanian, peternakan, dan wisata pesisir, Desa Batu Bangka kini menjadi salah satu desa dengan potensi ekonomi paling menjanjikan di Kecamatan Moyo Hilir.
Kendati demikian, desa masih menghadapi hambatan utama pada infrastruktur. H. Abdul Wahab mengungkapkan, jalan provinsi yang menghubungkan wilayah mereka menuju kawasan Samota kini rusak berat di tiga titik. Kondisi ini menghambat aktivitas warga dan berisiko menutup akses utama desa.
“Yang jadi kendala cuma satu, jalan. Kalau tidak diperbaiki tahun ini, kemungkinan bisa putus,” katanya.
Ia menambahkan, pemerintah desa sudah menyampaikan surat resmi kepada Pemerintah Provinsi NTB dan bertemu langsung dengan Gubernur untuk membahas persoalan tersebut.
Kerusakan jalan berdampak besar terhadap distribusi hasil pertanian, pengembangan peternakan, serta akses wisata di Dusun Perajak.
“Kalau akses jalan lancar, wisatawan lebih mudah datang, dan hasil pertanian bisa terdistribusi dengan cepat,” ujarnya.
Meski menghadapi kendala ini, pemerintah desa tetap berkomitmen memperkuat potensi lokal dan mendukung UMKM agar terus berkembang.
Tanggapan Pemprov NTB
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.
Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk eko sistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.
“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.
Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.
“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.
Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.
“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.
“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Pemerintah provinsi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat rantai nilai di setiap sektor.
“Melalui pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya bertumpu pada satu sektor, tetapi lebih merata dan berkelanjutan,” ujarnya.
Tanggapan Pemkab Sumbawa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa, terus memperkuat langkah pembangunan daerah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang beragam. Sektor-sektor seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan perkebunan menjadi fokus utama pengembangan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, Dr. Dedi Heriwibowo menjelaskan, Sumbawa memiliki dua kelompok besar sumber daya alam, yaitu sumber daya tidak terbarukan seperti tambang dan mineral, serta sumber daya terbarukan seperti pertanian dan kelautan.
Pemerintah daerah, lanjut Dedi, terus berupaya mengarahkan transformasi ekonomi menuju sektor yang bersifat berkelanjutan.
“Sektor pertanian dan kelautan disebut sebagai pilar utama, karena keduanya mampu menopang kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang,” kata Dedi kepada NTBSatu.
Selain itu, sektor perkebunan juga tumbuh pesat. Kopi Sumbawa menyumbang lebih dari 42 persen produksi kopi NTB, sedangkan komoditas bawang merah terus meningkat dengan kontribusi 13,83 persen.
Dorongan Agrobisnis dan Agroindustri
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemerintah daerah mendorong penguatan agrobisnis dan agroindustri untuk menciptakan nilai tambah produk lokal.
“Hasil pertanian dan kelautan perlu diolah langsung di daerah. Gabah harus menjadi beras kemasan, jagung diarahkan menjadi bahan industri pakan, dan udang serta rumput laut harus diolah sebelum diekspor,” jelas Dedi.
Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah daerah untuk membuka peluang investasi industri kecil, menengah, hingga besar. Upaya tersebut harapannya mampu memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Transformasi Ekonomi dan Investasi Hasil Tambang
Pemerintah daerah juga menyiapkan kebijakan, agar penerimaan dari sumber daya tambang dapat diinvestasikan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya terbarukan.
“Pendapatan dari sektor tambang harus menjadi modal untuk memperkuat sektor-sektor produktif lain. Transformasi ini sangat penting agar ekonomi Sumbawa tetap tumbuh saat sumber daya tambang berakhir,” tegasnya. (*)



