Mataram (NTBSatu) – Dunia maya Indonesia kembali diguncang oleh kabar mengejutkan tentang keberadaan sebuah grup Facebook Fantasi Sedarah, yang dinilai sangat meresahkan dan tidak bermoral.
Grup yang awalnya bernama Fantasi Sedarah ini diketahui berisi ribuan anggota yang membagikan cerita, pengalaman, bahkan fantasi seksual yang melibatkan anggota keluarga mereka sendiri.
Grup ini memiliki lebih dari 32 ribu anggota sebelum berganti nama menjadi Suka Duka setelah viral di media sosial.
Perubahan nama grup ini dugaannya sebagai upaya menghindari sorotan publik dan pelacakan oleh pihak berwenang.
Murkanya netizen bukan tanpa sebab, grup ini bukan hanya membahas topik yang tabu. Tetapi juga mengandung unsur pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.
Beberapa tangkapan layar yang beredar di media X menunjukkan adanya anggota grup yang secara terang-terangan membagikan cerita dan fantasi seksual dengan anak kandung atau anggota keluarga lainnya.
Salah satu akun X, @tanyarlfes mengunggah tangkapan layar isi dari grup Facebook itu.
Dari unggahan ini terlihat bagaimana tingginya gelombang kemarahan besar dari masyarakat Indonesia yang menuntut agar pihak berwenang menindak grup itu.
“Gua marah sih setiap ada kasus pelecehan terus yang menjadi sasaran permasalahannya itu cara berpakaiannya kayak “ya lagian sih pake baju ketat, makanya mendapat pelecehan” woyyyylahhh pelaku pelecehan itu emang akalnya udah ga ada, ini yang jadi korban anak kandungnya sendiri loh? Usianya juga masih anak-anak,” tulis akun @totun234 dalam unggahan @tanyarlfes.
Netizen Geram
“Sumpah menjijikkan banget, ya ampun udah melebihi kelakuan binatang. Tolong @komnas_anak speak up terkait hal ini. Tolong @DivHumas_Polri usut kasus ini, walaupun gue gak percaya sama polisi tapi please kali ini aja bantu secara sukarela buat masukin penjara bapak-bapak tolol itu,” tambah akun @sajakmelody
Fenomena grup Facebook menyimpang ternyata sudah sering terjadi. Berbagai grup kontroversial seperti komunitas penyuka anak di bawah umur, fetish kain jarik, hingga grup tukar pasangan sempat viral dan menuai kecaman luas.
Mengejutkannya, hingga kini masih menjadi temuan sejumlah grup serupa yang lolos dari pengawasan.
Keberadaan grup-grup ini kembali memicu kekhawatiran masyarakat akan lemahnya sistem pengawasan konten digital di platform media sosial. (*)