Mataram (NTBSatu) – Seorang perempuan membagikan pengalaman traumatisnya tentang upayanya menghindari pelecehan seksual oleh seorang pria difabel, inisial IWAS atau Agus. Kejadian ini berlangsung di Taman Sangkareang, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan menyisakan ketakutan mendalam bagi korban.
Dalam pengakuannya, perempuan itu menceritakan kronologi kejadiannya. Saat itu, ia sedang duduk di taman yang merupakan salah satu tempat rekreasi favorit warga Mataram.
“Awalnya saya lagi duduk di Sangkareang, terus dia nyamperin minta tolong untuk bantuin dia kencing,” ujarnya dalam Bahasa Sasak mengutip video unggahan akun Instagram @instalombok_.
Ia sempat bingung dengan permintaan tersebut, terutama karena di area taman tersebut terdapat banyak laki-laki lain yang bisa ia mintai bantuan.
Meski merasa aneh, ia berusaha tetap tenang. Agus kemudian meminta bantuan lainnya, yakni agar ia menghubungi ibunya melalui telepon. “Terus dia minta tolong untuk ditelponin ibunya, terus saya telponin,” lanjutnya. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu membantu Agus dengan menghubungi nomor yang ia berikan.
Namun, interaksi tersebut tidak berhenti di taman. Setelah pertemuan itu, Agus menghubunginya melalui aplikasi WhatsApp. Perempuan itu mengaku sempat menerima pesan-pesan tersebut. Namun tidak terlalu mengingat isi percakapannya.
“Setelah itu dia ngechat lewat WA, tapi saya sudah lupa,” ungkapnya.
Ia merasa perilaku Agus mencurigakan sejak awal, tetapi tidak ingin bersikap kasar atau langsung menuduh. Keberadaan Agus di taman dengan perilaku yang ia duga manipulatif ini membuat korban semakin khawatir bahwa modus serupa dapat dialami oleh perempuan lain.
Keprihatinan Terhadap Keamanan Publik
Kasus ini mengundang perhatian masyarakat, terutama di Kota Mataram. Taman Sangkareang, yang seharusnya menjadi tempat rekreasi aman dan nyaman, kini menjadi sorotan karena potensi ancaman terhadap pengunjung perempuan.
Kini, kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan IWAS, dilaporkan sudah memakan korabn 15 orang, termasuk tiga korban di bawah umur.
Ketua Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, Joko Jumadi mengungkapkan, dua korban baru telah memberikan laporan kepada pihaknya, dengan membawa bukti berupa rekaman video dan suara. Penanganan kasus ini kini tengah dikawal secara intensif oleh pihak kepolisian bersama instansi terkait. (*)