Pendidikan

PGRI Kumpulkan Data Keanggotaan untuk Poin Kredit Kenaikan Pangkat Guru

Mataram (NTBSatu) – PGRI mengumpulkan data keanggotaan dari seluruh pengurus provinsi, kabupaten, dan kota. Kartu Tanda Anggota (KTA) bukan hanya simbol keanggotaan, tetapi juga berfungsi sebagai kredit poin untuk kenaikan pangkat guru.

Ketua PGRI NTB, Yusuf mengatakan, sering kali, fungsionaris PGRI kurang memperhatikan anggota baru dengan asumsi, setiap guru otomatis menjadi anggota. Alasan sibuk kerap menjadi pembenaran untuk tidak aktif mengurus anggota. Padahal saat menjabat sebagai pengurus, komitmen untuk meluangkan waktu dan tenaga adalah sebuah keharusan.

“Melalui Konferensi Provinsi PGRI Masa Bakti XXIII Tahun 2024 adalah ajang lima tahunan yang sangat berarti untuk memilih pengurus. Konferensi merupakan langkah strategis untuk mengukuhkan PGRI sebagai organisasi profesi, perjuangan, dan ketenagakerjaan yang terpercaya, dinamis, kuat, dan bermartabat,” ungkap Yusuf, Selasa, 1 Oktober 2024.

Dalam menghadapi tantangan abad ke-21, PGRI berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalitas anggotanya. Hal ini menjadi penting, karena pengurus yang baru akan membawa visi dan misi yang dapat memperkuat posisi organisasi ini dalam menyikapi perkembangan zaman.

Dengan pemimpin yang visioner dan berintegritas, organisasi ini akan makin mampu menjalankan peran dalam menjaga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan berkualitas mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.

Konferensi ini juga memiliki tanggung jawab untuk mengangkat persoalan daerah dan bangsa yang aktual. Terutama yang terkait dengan masalah guru, pendidik, dan tenaga kependidikan serta pendidikan secara umum. Dengan menyatukan suara dan kekuatan, organisasi ini dapat menjadi pilar penting dalam menyelesaikan tantangan dunia pendidikan.

“Dengan jumlah anggota yang besar dan latar belakang intelektual yang beragam, PGRI memiliki potensi luar biasa untuk mempengaruhi kebijakan politik dan sosial. Asalkan organisasi ini terkelola dengan baik. Namun, potensi ini tidak boleh jatuh ke tangan pemimpin yang mementingkan kepentingan pribadi,” ucap Yusuf.

Hindari Praktik Saling Menjegal

Yusuf mengimbau, PGRI harus menghindari praktik saling menjegal di antara sesama demi menjaga integritas dan tujuan bersama. Sebab, kebersamaan adalah kekuatan.

“Saatnya bergerak bersama, menyatukan kekuatan, dan meraih masa depan yang gemilang. Mari transformasi PGRI menuju Indonesia Emas dan NTB yang maju berintegritas,” tandas Yusuf. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button