Lombok Timur

UPTD PPA Lakukan Pendampingan Siswi SMPN 1 Terara Review MBG dengan Kalimat Vulgar

Lombok Timur (NTBSatu) – Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Lombok Timur, mulai mendampingi tiga siswi SMPN 1 Terara setelah videonya viral mengulas Makanan Bergizi Gratis (MBG) dengan bahasa tidak pantas.

Tim UPTD PPA langsung mendatangi sekolah untuk memeriksa kondisi psikologis para siswi, dan memastikan mendapatkan penanganan yang tepat.

Berbagai pihak menggelar pertemuan mediasi di SMPN 1 Terara pada Jumat, 10 Oktober 2025 untuk membahas insiden tersebut. Pertemuan ini melibatkan kapolsek Sikur, camat Sikur, danramil, pihak sekolah, serta UPTD PPA.

Kepala UPTD PPA Selong, Yuliani menegaskan, lembaganya fokus pendampingan karena memandang para siswi tersebut juga sebagai korban dari lingkungan dan dampak negatif media sosial.

“Kita sifatnya pendampingan, karena mereka ini termasuk korban,” ucapnya, kemarin.

Tim UPTD PPA menemukan kondisi psikologis ketiga siswi berada pada tingkat menengah. Artinya, tidak mengalami trauma berat namun tetap memerlukan pendampingan lanjutan.

Lembaga tersebut akan terus memberikan pembinaan untuk memulihkan mental para siswi. Serta, mengedukasi agar lebih bijak dalam beraktivitas di dunia maya.

UPTD PPA juga menyarankan, sekolah untuk tidak menjatuhkan sanksi berbasis kekerasan yang dapat merampas hak anak atas pendidikan.

Video Disebar Tanpa Izin

Penyelidikan mengungkap fakta, para siswi membuat video tersebut hanya untuk hiburan pribadi di kalangan teman dekat. Mereka mengunggahnya secara terbatas melalui status WhatsApp.

Namun, seseorang kemudian mengunduh video itu tanpa izin dan menyebarkannya secara masif ke berbagai platform media sosial.

Informasi tambahan menyebutkan, ketiga siswi tersebut berasal dari keluarga dengan kondisi orang tua yang tidak utuh.

Kepala SMPN 1 Terara, Moh. Zaini menyatakan, sekolah mengambil tanggung jawab untuk membina para siswi terkait etika penggunaan media sosial.

Pihak sekolah juga secara jujur mengakui adanya kelalaian dalam pengawasan, karena para siswi berhasil membawa ponsel ke sekolah yang sebenarnya melanggar aturan.

Sekolah kini berupaya melindungi para siswi dari potensi perundungan oleh teman-temannya. Kemudian, akan mendiskusikan opsi terbaik jika mereka merasa tidak nyaman untuk melanjutkan kegiatan belajar.

“Kami sambil memberikan pemahaman kepada teman-temannya yang lain agar tidak mem-bully, karena sudah ada beberapa yang bilang mereka memalukan nama sekolah,” ujar Zaini. (*)

Berita Terkait

Back to top button