Mataram (NTBSatu) – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian akhirnya mengakui, sektor tambang begitu penting bagi pertumbuhan ekonomi di NTB.
Karena itu, Mendagri langsung negosiasi ke Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia untuk segera membuka relaksasi ekspor konsentrat PT AMNT.
Sikap itu ia sampaikan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi NTB Tahun 2025, di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, Rabu, 4 Juni 2025.
Pada kesempatan itu, Menteri Tito memaparkan sejumlah hal. Salah satunya, menyinggung pertumbuhan ekonomi NTB yang menyentuh angka minus 1,47 persen.
Angka tersebut menempatkan NTB pada posisi buncit terkait pertumbuhan ekonomi, yaitu kedua terendah di atas Papua Tengah.
Angka pertumbuhan ekonomi, kata Tito, menjadi salah satu parameter penting mengukur kemajuan dan kemunduran suatu daerah. Oleh karena itu, angka minus pertumbuhan ekonomi NTB menjadi catatan penting.
“Yang sangat saya tahu, NTB tidak pernah minus, ini minus 1,47 persen. Saya mohon maaf pada Pak Gubernur meskipun ini bukan salah Pak Gubernur. Saya tahu itu,” ungkap Tito.
Eks Kapolri ini mengaku baru menyadari, jika pertumbuhan ekonomi NTB pada Triwulan I 2025 minus akibat terikat pada ekspor tambang.
Apalagi saat ini, keberadaan Smelter PT AMNT di Kabupaten Sumbawa Barat belum maksimal beroperasi.
Larangan ekspor konsetrat atau material mentah hasil eksploitasi, memperparah tidak maksimalnya pertumbuhan ekonomi NTB.
“Itu mengurangi royalti, larangan ekspor ini juga berdampak kepada angka pertumbuhan ekonomi. Karena ekspor yang ada itu juga kontribusinya tinggi untuk menyusun angka pertumbuhan ekonomi di NTB,” jelas Tito.
Bantu Negosiasi Relaksasi Ekspor Tambang
Karena itu, Tito mengaku akan berusaha membantu NTB dengan membuka jalan negosiasi dengan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Terkait pemberian relaksasi ekspor bahan mentah bagi PT AMNT.
“Saya baru saja telepon dengan Pak Bahlil dan besok ngajak ketemu. Saya tahu pak gubernur sudah bekerja keras untuk menyampaikan agar dilakukan relaksasi,” bebernya.
Menurut Tito, langkah ini perlu diambil untuk menyelamatkan NTB dalam waktu singkat. Hingga Smelter PT AMNT benar-benar bisa beroperasi maksimal. Pasalnya, ujar Tito, untuk mencari tambahan pendapatan dengan cepat dari sektor lain dinilai berat.
“Satu-satunya adalah mungkin relaksasi sambil nunggu Smelter selesai boleh lah mereka ekspor konsentratnya tetap jalan,” jelas Tito.
Tapi harus ada batas waktu, karena berkaitan dengan Smelter yang harus segera eksisting.
“Tidak seterusnya, ketika smelternya sudah selesai, fine, stop. Kira-kira begitu Kalau ingin menyelamatkan NTB dalam waktu singkat,” tutup Tito. (*)