Ekonomi BisnisKota Mataram

Dampak Pemangkasan Anggaran, Hotel di Mataram Mulai Rasakan Kehilangan Pendapatan Miliaran

Mataram (NTBSatu) – Kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat menghantam industri perhotelan di Mataram. Terutama, hotel-hotel yang mengandalkan sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).

Sejumlah agenda kementerian yang sebelumnya dijadwalkan di NTB mendadak ditunda tanpa kepastian, memicu keresahan pelaku usaha.

Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), I Made Adiyasa mengungkapkan, dari 30 hotel berbintang yang tergabung dalam AHM dengan total 2.800 kamar, sekitar 80 persen memiliki fasilitas MICE.

Namun, kini mayoritas acara kementerian yang menjadi tulang punggung pendapatan mereka terpaksa dibatalkan.

“Biasanya kalau ada penundaan, ada informasi berapa bulan ke depan. Tapi kali ini tidak ada kepastian sama sekali. Artinya, kami harus melakukan penyesuaian besar-besaran,” ujarnya, Jumat, 14 Februari 2025.

Sebanyak 58 acara dalam Kalender Event NTB juga ikut terdampak.

Pembatalan agenda kementerian ini menciptakan efek domino, bukan hanya bagi hotel, tetapi juga bagi karyawan, supplier, hingga agen perjalanan yang bergantung pada industri ini.

Hotel di Mataram Kehilangan Miliaran Pendapatan

General Manager Hotel Lombok Astoria, Saeno Kunto menyebut, dampak kebijakan ini sudah terasa sejak November 2024.

Hotel-hotel kehilangan potensi pendapatan miliaran rupiah akibat pembatalan acara pemerintah.

“Sejak November hingga Februari, kami kehilangan sekitar Rp3 miliar. Tahun lalu hampir Rp2 miliar, dan Januari-Februari ini nilainya cukup besar, sekitar Rp500 juta hingga Rp1 miliar,” ungkapnya.

Meski kerugian semakin besar, pihaknya belum berencana melakukan pemangkasan operasional, seperti pengurangan pekerja atau pemotongan gaji.

“Kami tidak menginginkan itu terjadi. Kami berharap pemerintah mempertimbangkan ulang kebijakan refocusing anggaran, atau setidaknya memberikan solusi agar sektor MICE tetap berjalan,” imbuhnya.

Jika tidak, Saeno memperkirakan dampaknya akan lebih meluas lagi ke sektor pariwisata lainnya. Termasuk transportasi serta industri Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka).

“Ini tidak hanya memukul hotel, tetapi juga seluruh rantai bisnis pariwisata. Jika tidak ada solusi, efek domino ini bisa berujung pada krisis lebih besar,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button