Mataram (NTBSatu) – Memasuki awal tahun 2025, dunia usaha kembali dihadapkan pada situasi sulit dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di berbagai sektor. Tak terkecuali perusahaan di Indonesia.
Fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di tingkat global. Ini mencerminkan tekanan berat bagi perusahaan akibat perlambatan ekonomi, perubahan teknologi, dan penurunan permintaan pasar.
Dari e-commerce yang sebelumnya digadang-gadang sebagai sektor yang terus tumbuh, hingga manufaktur yang menjadi tulang punggung ekonomi, semuanya menghadapi kenyataan pahit berupa restrukturisasi besar-besaran.
Dengan ratusan ribu pekerja kehilangan pekerjaan mereka, kebijakan ini memunculkan kekhawatiran akan potensi meningkatnya angka pengangguran serta ketimpangan sosial.
Selain itu, langkah-langkah efisiensi ini juga memicu kritik atas lemahnya daya tahan industri menghadapi tantangan jangka panjang.
Berikut ini adalah rangkuman NTBSatu terkait beberapa kasus besar PHK yang telah mencuri perhatian publik sejak awal Januari.
Bukalapak
Bukalapak, salah satu unicorn Indonesia, mengumumkan rencana PHK massal pada awal 2025.
Keputusan ini akibat kerugian tiga tahun berturut-turut. Dalam laporan keuangan terbaru, perusahaan mencatat penurunan pendapatan hingga 15 persen daripada tahun sebelumnya.
CEO Bukalapak, Willix Halim menyatakan, langkah ini untuk menyederhanakan struktur bisnis dan berfokus pada lini usaha utama.
“Kami akan memberikan kompensasi sesuai regulasi dan mendukung transisi karyawan terdampak,” ungkapnya melansir Mediaformasi.com, 11 November 2024.
Goodyear
Goodyear Tire & Rubber Company, produsen ban global, mengumumkan PHK terhadap 1.200 karyawan di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
PHK ini menyusul kerugian $0,73 per saham pada kuartal kedua 2023, berbalik dari laba $0,58 per saham di periode sama tahun sebelumnya.
Mengutip Otomotif.bisnis.com, PHK ini dijadwalkan selesai pada kuartal pertama 2025, dengan target penghematan biaya operasional yang signifikan.
Bosch
Bosch, perusahaan otomotif Jerman, mengumumkan rencana merampingkan tenaga kerja hingga 1.500 orang di dua pabriknya. Yakni di Feuerbach dan Schwieberdingen, Jerman.
Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap pergeseran teknologi di industri otomotif.
“Transisi ke teknologi baru memerlukan penyesuaian besar dalam struktur tenaga kerja,” ujar perwakilan Bosch melansir Fortuneidn.com, 14 Desember 2024
Bosch akan melakukan pemangkasan secara bertahap hingga akhir 2025.
Industri Tekstil dan Alas Kaki di Indonesia
Di sektor domestik, industri tekstil dan alas kaki menjadi salah satu yang paling terdampak.
Tiga perusahaan besar di Kabupaten Tangerang, Bandung, dan Subang mengumumkan PHK terhadap total 4.050 karyawan.
Salah satunya PT Ching Luh, Perusahaan di Tangerang, pemasok sepatu untuk merek internasional, memutus hubungan kerja dengan 2.400 karyawan. Sementara perusahaan di Bandung dan Subang masing-masing mem-PHK 900 dan 750 pekerja.
Mengutip detik.com, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Ristadi menjelaskan, Penurunan permintaan global menjadi alasan utama PHK massal ini.
Gelombang PHK turut menunjukkan betapa besar tekanan berbagai sektor industri di tengah tantangan ekonomi global.
Harapannya, pemerintah mengambil langkah strategis untuk memitigasi dampak sosial, termasuk pelatihan ulang tenaga kerja dan insentif bagi industri yang masih beroperasi. (*)