Lombok Timur (NTBSatu) – Sekolah Lapang (SL) Peningkatan Produksi dan Kualitas Tanaman Tembakau di Kelompok Tani Subak Bedugul, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU) kembali menggelar sesi pembelajaran yang ke-9 pada 22 Oktober 2
hadir dalam kegiatan itu, para petani lokal yang antusias untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tembakau.
Pada pembelajaran tersebut, Tim Bapeltanbun NTB yang terdiri dari widyaiswara dan penyuluh pertanian memimpin sesi praktek pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Yaitu teknologi ramah lingkungan yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian dengan memanfaatkan mikroba tanah.
Peserta diajarkan langkah-langkah pembuatan PGPR menggunakan bahan-bahan alami yang mudah mereka akses.
Di mana proses pembuatan dimulai dengan pengumpulan serasah akar bambu yang direndam selama 2 hingga 4 hari. Selain akar bambu, bahan lain yang digunakan termasuk 200 gram gula sebagai sumber glukosa, 100 gram terasi alami yang kaya protein, 0,5 kilogram dedak halus, 15 liter air bersih, dan 1 sendok teh kapur mati.
Setelah semua bahan dingin, lalu dicampur dengan biang bakteri. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam jerigen dan difermentasi selama sekitar 14 hari.
Selama proses fermentasi, akan muncul aroma khas bakteri yang menandakan bahwa PGPR sedang diproduksi.
PGPR memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi pertanian. Selain berfungsi sebagai bioprotectant yang menekan perkembangan penyakit, PGPR juga berperan sebagai biostimulant dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, dan sebagai biofertilizer yang meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Sumber PGPR yang efektif dapat diambil dari akar rumput-rumputan seperti putri malu dan akar bambu yang tumbuh subur tanpa terserang hama atau penyakit.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis, tetapi juga memperkenalkan metode pertanian berkelanjutan yang dapat membantu petani dalam mengatasi tantangan yang dihadapi di lapangan. (*)