ADVERTORIALDaerah NTBLingkungan

NTB Emas Menuju Pembangunan Rendah Karbon

Mataram (NTBSatu) – Pembangunan rendah karbon merupakan salah satu strategi transisi menuju ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Dr. Ir. H. Iswandi, M.Si., menyebut pembangunan rendah karbon menjadi tulang punggung menuju ekonomi hijau, untuk mencapai visi Indonesia maju 2045 dan nol emisi karbon pada 2060.

“Adapun pembangunan rendah karbon diarahkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan lestari dan asri melalui beberapa program prioritas,” ucap Iswandi.

Lantas, ia memaparkan program prioritas tersebut dilakukan melalui beberapa implementasi.

Pertama, pembangunan rendah karbon pada sektor hutan dan lahan. Terlaksana melalui upaya pengelolaan limbah, menjaga kualitas ekosistem, ppeningkatan sanitasi, peningkatan kesuburan dan produktivitas tanah.

Kemudian melalui pengamanan dan pemeliharaan sumber daya air, pengendalian tata ruang, peningkatan infrastruktur berkelanjutan yang mendukung ketahanan iklim, pengamanan hutan, perhutanan sosial, reboisasi dan rehabilitasi, dan hutan wisata.

Selanjutnya, Iswandi menyebut peningkatan Net Zero Emission yang terwujud dari bauran energi baru terbarukan.

NTGB capai 20,44 persen bauran energi baru terbarukan

Saat ini, Provinsi NTB sudah mencapai 20,44 persen, dan harapannya akan mencapai 25 persen pada 2026.

Adapun dalam mencapainya, pemerintah bersama stakeholder terkait akan mencanangkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), pengembangan ekonomi hijau, pengembangan ekonomi biru, pengembangan ekonomi sirkular.

Lalu mendorong penggunaan kendaraan listrik lingkungan instansi pemerintah, penerapan eco office, pembangunan hutan energi, serta rehabilitasi hutan dan lahan.

Iswandi melanjutkan, program prioritas lainnya, yakni, pelaksanaan pemilahan sampah dari sumbernya menuju NTB zero waste.

“Pemilahan sampah dari sumbernya dengan capaian tahun 2022 pada angka kurang dari 50 persen. Harapannya, pada tahun 2026 dapat mencapai 100 persen,” ungkapnya.

Untuk itu, langkah-langkah yang tertuang melalui program unggulan, meliputi pengembangan industri daur ulang, pengembangan industri pupuk organik, pengembangan bank sampah, pengembangan Black Soldier Fly (BSF) dan peningkatan Produksi Refuse Derived Fuel (RDF),

“Selain itu, program menyasar pada peningkatan koordinasi dengan kabupaten/kota, fasilitasi dan pembinaan pengusaha pemilahan dan daur ulang, bantuan permodalan untuk bank sampah atau unit pengelola sampah,” tukasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button