Mataram (NTBSatu) – Kisruh kepemimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyedot perhatian publik.
Pasca-Ketua Umum (Ketum) Kadin Indonesia periode 2021-2026, Arsjad Rasjid lengser dalam Munaslub 14 September 2024 dan tergantikan oleh Anindya Bakrie, kondisi internal organisasi ini kian memanas.
Isu dualisme kepemimpinan di tubuh Kadin Indonesia semakin menyeruak ke permukaan. Kubu Arsjad Rasjid menyebut, Munaslub tersebut tidak sah karena tidak memenuhi syarat kuorum.
Sementara pada kubu pelaksana Munaslub menyatakan terpilihnya Anindya Bakrie sudah sah sesuai AD/ART organisasi dan tak perlu ada perdebatan lagi.
Cerita Awal Munaslub
Guna mengungkap fakta sebenarnya tentang yang terjadi pada Kadin Indonesia, seorang pengusaha, politikus sekaligus dosen, Poempida Hidayatulloh mengudang Sekertaris Panitia Pelaksana Munaslub Kadin Indoenesia, H. Faurani, dalam sebuah Podcast.
Dari dialog tersebut, terungkap fakta-fakta tentang apa yang terjadi di Kadin. Menurut H Faurani, yang kini menjabat sebagai Ketua Kadin Nusa Tenggara Barat (NTB), Munaslub ini sebenarnya tidak boleh terjadi.
Ia menilai ketua-ketua Kadin yang ada di daerah memiliki silaturahmi yang sangat bagus, termasuk dengan para pengurus di Pusat.
“Kami suka ngumpul bareng, ngopi bareng dengan Korwil barat, tengah, timur dan sebagainya,” cerita Faurani.
Namun akhir-akhir ini, pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres) ada situasi yang berbeda. Hal ini mungkin terjadi, imbas dari keterlibatan Ketum Arsjad Rasjid dalam politik praktis saat Pilpres.
“Sehingga ada beberapa daerah yang menilai kepemimpinan beliau kini menjadi kurang pas. Bukan tidak baik, tapi kurang pas, sehingga Korwil barat timur dan tengah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, ternyata benar ada dinamika,” ungkap Faurani.
Ia dan pengurus daerah lainnya sudah berusaha menanyakan kepada Arsjad Rasjid. Tapi, yang bersangkutan selalu menjawab jika situasi ini aman-aman saja. Tapi kenyataan di lapangan berbeda, di daerah dan di kepengurusan pusat rupanya mulai terpecah-pecah.
“Dinamika ini muncul karena pengurus ingin Kadin tidak berpolitik, masalah cuma itu, sayang sekali kan,” nilai Faurani.
Sebenarnya para pengurus daerah berada pada posisi menunggu. Mereka berharap Arsjad Rasjid bisa menyelesaikan perpecahan pada kepengurusan pusat ini.
“Harusnya Pak Arsjad dan para pengurus ini bertemu untuk menyelesaikan dinamika ini, tapi pertemuan ini tidak pernah terjadi, bahkan semakin kencang,” ucap Faurani
Gonjang-ganjing ini mempengaruhi kinerja Kadin Pusat ke daerah. Sehingga para pengurus daerah merasa Munaslub perlu terlaksana.
Ketidakhadiran Arsyad Rasyid
Saat pertama mencuat gagasan Musdalub, sudah ada 12-13 pengurus daerah provinsi yang sepakat menggelar Munaslub.
Lalu beberapa bulan kemudian pengurus daerah ada yang bergabung sehingga mencapai angka 19 pengurus Kadin Provinsi. Artinya, memenuhi syarat minimun (kuorum) penyelenggaraan Munaslub, sesuai ketentuan AD/ART Kadin.
“Dalam Munaslub itu, 19 pengurus Kadin Provinsi, plus asosiasi, sepakat menunjuk Anindya Bakrie sebagai ketua Kadin,” ungkap Faurani.
Namun pengusaha asli berdarah NTB ini membantah isu yang beredar, jika nama Anindya Bakrie muncul sejak awal rencana Munaslub.
“Karena awalnya, Munaslub ini hanya sekedar pertemuan biasa, semacam musyawarah atau Munas gitu, karena sifatnya urgent dan jadwal masih jauh makanya kami menggelar Munaslub, kami undang petinggi-petinggi Kadin, termasuk Ketua Umum, tapi Pak Arsjad tidak hadir,” tambah Faurani.
Jika Arsjad Rasjid hadir dan berjanji untuk memperbaiki kinerjanya, maka dapat dipastikan bahwa kepemimpinannya akan berlanjut.
“Tapi beliau tidak hadir dan tetap tidak bisa menjelaskan apa-apa kepada kami pengurus daerah,” jelas Faurani.
Nama Anindya Bakrie Mencuat
Lantas, bagaimana bisa muncul nama Anin sebagai penganti Arsyad ?
Faurani tak menampik jika nama Anin muncul beberapa minggu sebelum berlangsungnya Munaslub.
Namun belum sampai ke sana arah perhatian para pengurus daerah, karena memang awalnya mereka hanya ingin meminta penjelasan Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid.
Hingga mendekati Munaslub, komunikasi dengan Ketua Umum seolah buntu hingga puncaknya hari H pelaksanaan Munaslub, ia tidak hadir.
“Dan mendekati hari H, nama Anin kian menguat, sementara tidak ada nama calon lain yang muncul, Anin hanya satu-satunya,” tambah Faurani.
Para Kadin Provinsi tidak bisa memungkiri fakta, jika Anin ini memiliki posisi kuat sejak dulu sebagai calon Ketua Kadin. Namum menurut Faurani, selama ini Anin selalu mengalah dan memberikan kesempatan kepada sahabat-sahabatnya menduduki posisi Ketum.
Sehingga akhirnya para pengurus daerah dan organisasi pendamping mendorong Anin sebagai Ketum serta memberikan mandat sebagai Ketua Umum Kadin Periode 2024-2028 pada Musdalun 14 September kemarin.
Menurut Faurani, Arsjad Rasjid sebenarnya tahu jika Musdalub ini akan terjadi sejak 6 bulan lalu. Kendati demikian, ia tak berani memprediksi apa pertimbangan Arsjad Rasjid sehingga tidak mau menyelesaikan dinamika-dinamika yang ada di tubuh Kadin Pusat saat itu.
“Tapi yang pasti sungguh sangat kami sayangkan, apalagi Munaslub ini baru pertama kali terjadi di Kadin. Padahal awalnya kami pada posisi menunggu, melihat penjelasan beliau tentang situasi nasional yang sedikit berbeda,” ungkap Faurani.
Tak Ada Dualisme Kepemimpinan
Faurani membantah jika Munaslub sebagai ajang balas dendam Anin kepada Arsjad Rasjid.
“Kami gak melihatnya seperti itu, sampai akhir Munaslub pun kami tak melihatnya seperti itu, karena kami selalu meminta Pak Anin untuk berkomunikasi dengan Pak Arsjad. Baik Pak Anin maupun Pak Arsjad dua-duanya baik, Pak Arsjad orangnya baik selama memimpin Kadin, mereka sahabat saya. Jadi saya tahu betul mereka berdua orang baik,” nilai Faurani.
Ia menekankan, bahwa organisasi ini butuh figur pemimpin yang fokus pada kinerja Kadin. Terutama dalam membangkitkan para pengusaha yang ada di Indonesia. Khususnya pengusaha-pengusaha kecil yang ada di daerah demi menggerakkan ekonomi bangsa.
“Jadi, Munaslub ini bukan isu politik atau isu apa-apa, tapi murni urusan organisasi. Kami ingin Kadin ini memiliki figur yang bisa selalu menjaga stabilitas dan lepas dari isu politik,” tegas Faurani.
Faurani yakin pasca-Munaslub tak akan terjadi dualisme kepemimpinan di Kadin Indonesia. Karena persatuan kadin-kadin di daerah sangat kuat.
“Jangan coba-coba mempecah belah kami karena kami sangat kuat dan solid,” tegasnya.
Maka dari itu, Faurani sangat yakin, kisruh di tubuh Kadin Pusat akan menyatu kembali, dalam waktu yang tak begitu lama.
Kepengurusan Segera Disahkan
Tentang adanya pihak-pihak yang meragukan keabsahan Munaslub sehingga sulit disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, Faurani menjawabnya dengan santai.
“Kami tidak mau berlaku bodoh dan ceroboh, sudah 25 tahun berorganisasi di Kadin ini, jadi kami sudah mengkaji secara mendalam tentang keabsahan sebuah Munaslub. Sehingga mandat yang diberikan kepada Anin sah secara hukum karena sesuai AD/ART Kadin,” jelas Faurani.
Dia juga sangat yakin hasil kepengurusan Munaslub ini akan segera disahkan oleh Kemenhumham karena semua syarat sudah terpenuhi.
“Sejauh itu kami mempersiapkan Munaslub ini sehingga tidak ada celah untuk menjadikannya tidak sah,” tambah Faurani.
Bahkan Munaslub ini menjadi keputusan yang tertinggi, karena setelah ini tidak ada Munas-Munas lagi, Anin dan kepengurusannya telah secara resmi menjabat sejak 2024-2029, bersamaan masa jabatannya dengan Pilpres.
Mewakili kawan-kawannya di daerah, Faurani menyampaikan harapan-harapan mereka ke Anin dan segenap kepengurusan Kadin Indonesia yang baru.
Pertama, daerah berharap Anin bisa melaksanakan tugas dengan baik. Kedua, mampu menempatkan diri dengan baik, mana memimpin perusahaan dan mana memimpin organisasi. Dan Ketiga, mewujudkan kesepakatan dengan peserta Munaslub untuk bersama-sama membina UMKM yang ada di seluruh daerah supaya naik kelas.
“Kami yakin Pak Anin mampu karena komunikasinya dengan kami di daerah sangat baik. Baik itu ketika ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan, apalagi ketika menjadi Ketua Bidang Organisasi, sering turun ke daerah menyapa kami. Intinya dia sudah tunjukkan sifat merangkulnya itu dan menyapa kami dengan hati, itu sangat kami rasakan,” tutup Faurani. (*)