Mataram (NTBSatu) – Seorang anak petani jagung asal Dusun Mungguk, Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, NTB bernama Susilawati, berhasil lulus menjadi Dokter di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Susilawati sejak kecil memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Keinginannya itu lantaran di desanya dulu kesulitan akses menuju rumah sakit. Lokasinya masih jauh dan keberadaan klinik masih terbatas.
“Dulu ketika saya masih kecil saya kasihan kalau melihat orang berobat. Sejak saat itu saya ingin menjadi dokter agar bisa membantu orang-orang di desa saya,” ujar Susi mengutip dari keterangan resmi UM Surabaya, Rabu, 4 September 2024.
Keprihatinan Susi juga sejalan dengan pemikiran orang tuanya. Di mana ingin anaknya menjadi dokter, agar bisa membantu warga di sana. Namun, kondisi ekonomi belum memungkinkan sehingga setelah lulus dari SMA, Susi melanjutkan Studi di D3 Farmasi di salah satu kampus di Yogyakarta.
“Waktu itu sebenarnya Bapak dan saya inginnya kuliah dokter. Tapi uangnya belum cukup, akhirnya saya mengambil kuliah farmasi. Alhamdulillah saya kuliah farmasi hingga lulus,” katanya.
Usai lulus dari Farmasi, lanjut Susi, keluarganya mendapat rezeki dari panen jagung. Sehingga, orang tuanya mendukung agar dirinya melanjutkan studi S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran di UM Surabaya.
“Dulu saat Covid UM Surabaya juga memberikan potongan Rp14 juta. Alhamdulillah itu sangat meringankan bapak dan ibu,” beber Susi.
Susi menceritakan, perjalanannya menjadi dokter tidaklah mudah. Lahir sebagai anak petani jagung membuatnya beberapa kali ia terkendala masalah biaya. Katanya, ketika belum panen, orang tuanya harus meminjam uang terlebih dulu untuk membayar kuliah.
“Jadi kalau belum panen biasanya pinjam dulu, nanti pas waktu panen baru bapak saya bayar,” ucapnya.
Jadi Sarjana Pertama
Susi mengaku, selain menjadi petani jagung, ayahnya juga pernah menjadi kusir becak. Berkat kerja keras orang tuanya, ia menjadi sarjana pertama di keluarganya. Sementara adiknya saat ini masih mengenyam studi Radiologi di salah satu kampus di Yogyakarta.
Dalam waktu satu tahun, ujarnya, sawah bapaknya bisa menghasilkan panen 2-3 kali, dari panen itulah untuk membiayai kuliah dirinya dan adiknya.
“Saya tahu perjuangan bapak sulit, cita-cita bapak sangat mulia, maka saya tidak ingin mengecewakan. Saya akan memberikan yang terbaik,”ungkapnya.
Susi mengaku, biaya pendidikannya di UM Surabaya baru lunas awal Agustus ini, dengan bisa melunasi biaya tersebut orang tuanya merasa sangat bersyukur karena telah bisa melewati hal tersebut.
Usai lulus nanti ia ingin kembali ke desanya dan mengabdikan dirinya di sana. Ia juga bercita-cita membangun klinik kesehatan, agar orang lebih mudah berobat.
“Mohon doanya semoga bisa menjadi dokter yang amanah, dokter yang profesional dan bermanfaat bagi banyak orang,” pungkasnya. (*)