Mataram (NTBSatu) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai gempa dahsyat atau Megathrust. Yang mana megathrust pernah terjadi beberapa kali di Indonesia sejak beberapa ratus tahun lalu. Terakhir kali, terjadi di Aceh pada 2006.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, megathrust adalah gempa Bumi besar yang terjadi di zona subduksi, tempat salah satu lempeng tektonik Bumi terdorong di bawah lempeng lainnya.
“Gempa ini terjadi karena adanya zona sumber gempa potensial yang belum mengalami gempa besar dalam puluhan hingga ratusan tahun terakhir,” kata Dwikorita melansir dari Metro TV, Rabu, 14 Agustus 2024.
Ia menyebutkan, ada potensi terjadinya gempa megathrust di Indonesia. Mengingat, ada dua lempengan yang belum menunjukkan tanda-tanda mengeluarkan gempa besar selama ratusan tahun terakhir.
“Megathrust Mentawai-Siberut tidak bergerak selama 200 tahun lebih. Oleh karena itu, BMKG meminta masyarakat untuk mewaspadai megathrust,” ungkap Dwikorita.
Indonesia memiliki seismic Gap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini tinggal menunggu waktu karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
Megathrust Mentawai-Siberut memiliki potensi untuk memicu gempa besar di masa depan dan telah menimbulkan beberapa bencana sejak tahun 1994.
Di wilayah Sumatera, megathrust pernah menyebabkan gempa berkekuatan M8,5 di Nias pada 1994, M7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000. Kemudian, M9,3 di Aceh pada 2004, dan M8,7 di Bengkulu.
BMKG telah menyiapkan beberapa langkah untuk mitigasi terjadinya megathrust. Langkah pertama, yaitu mengidentifikasi wilayah yang akan terjadi megathrust.
Dwikorita menjelaskan, Megathrust Mentawai-Siberut dan Megathrust Selat Sunda seharusnya telah bergerak. Oleh karena itu, ia tengah mengidentifikasi secara berkala soal kedua megathrust tersebut. BMKG pun bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama ilmuwan gempa Bumi.
“Kami melakukan kajian bersama. Perlu diketahui langkahnya ada dua hal yakni secara teknis dan sosial budaya,” tuturnya.
Pengertian Megathrust secara Komprehensif
Apabila pada bidang kontak antar lempeng atau jalur subduksi terjadi pergeseran secara tiba-tiba, maka dapat memicu gempa Megathrust. Proses gempa Megathrust terjadi dari akumulasi tekanan di zona subduksi, yakni ketika lempeng samudera yang lebih pada menunjam ke bawah lempeng benua yang lebih ringan.
Berjalannya waktu, tekanan di zona subduksi akan terus bertambah hingga mencapai titik kritis. Pada akhirnya terjadi pelepasan energi dalam bentuk gempa bumi. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudera akan bergerak terdorong naik. Serta, jika gempa Megathrust dalam skala besar terjadi di laut, maka gempa tersebut akan memicu gelombang tsunami. (*)