Mataram (NTBSatu) – Tokoh Sasak sekaligus budayawan, H. Lalu Anggawa Nuraksi wafat, Selasa 30 Juli 2024.
Miq Anggawa – sapaannya – wafat pada usia 70 tahun di Rumah Sakit Umum Kota Mataram Pukul 21.42 Wita.
Kabar duka ini dibenarkan keluarga almarhum, Lalu Nursaid. Lewat pengumuman tertulis, Nursaid menyampaikan, almarhum meninggalkan istri tercinta Hj. Sumini dan lima orang anak.
Salat jenazah akan berlangsung di Masjid Al Falah Montong Sari, Gerung Lombok Barat.
Sementara pemakaman akan berlangsung hari yang sama Pukul 14.00 Wita di kompleks pemakaman keluarga, Pancor Kembar Lingkungan Montong Sari Gerung Utara, Lombok Barat.
Nursaid menambahkan, bagi undangan kerabat dan sanak family yang hadir dari arah Kota Mataram, agar menghindari jembatan di depan Taman Kehati.
“Jembatan di depan Taman Kehati putus, agar pelayat melewati jalur Penas,” tulisnya.
Tokoh Mbojo Merasa Kehilangan
Selain tokoh dan pemangku Suku Sasak, etnis lain juga merasa kehilangan yang mendalam.
“Kami Suku Mbojo merasa sangat dihargai oleh beliau. Kami selalu mendapat tempat di hadapan almarhum, meski beliau seorang Bangsawan Sasak,” kenang Tokoh Bima, H. Arsyad Gani.
Ia mengenal Almarhum sebagai sosok yang sangat mencintai nilai kebudayaan. Tidak sekedar praktisi, tapi memahami teori kebudayaan secara kaffah.
Dalam banyak momen kebudayaan, Arsyad Gani kerap tampil mewakili etnis Mbojo bersama Lalu Anggawa mewakili etnis Sasak dan Mustakim Biawan mewakili Etnis Samawa. Mereka kerap tampil bertiga dalam bingkai Sasambo (Sasak Samawa Mbojo).
Ketua Yayasan Al Wildan Internasional School ini mengenang awal pertemuannya ketika almarhum jadi Camat Sekotong. Ia menangkap kesan ramah dan sosok yang wawasannya terbuka soal budaya.
Interaksinya pun berlanjut dalam sejumlah momen dan agenda merawat tradisi Sasak, Samawa, Mbojo.
“Saya punya kesan bagus. Beliau komunikatif, sederhana, sangat hargai kita dari etnis lain,” pungkas Rektor Ummat periode 2018- 2022 ini.
Riwayat Lalu Anggawa
Nama Lalu Anggawa Nuraksi masuk jajaran tokoh Sasak Lombok yang berpengaruh. Ia ditempatkan sebagai tokoh penting Wali Paer Majelis Adat Sasak (MAS).
Lalu Anggawa banyak melontarkan pemikiran dalam upaya pelestarian budaya Sasak. Ia memang terkenal sering bersuara lantang dan sangat gigih mempertahankan tradisi adat dan budaya Sasak.
Salah satu pemikirannya terkait fenomena sosial pernikahan usia anak. Bagi Miq Anggawa, ini bertentangan dengan nilai nilai yang ada dalam Budaya Sasak. Tertuang dalam Lontar Indar Jaye.
Usia Sepuh tak menyurutkan semangatnya terlibat dalam penyelesaian konflik bernuansa SARA. Lalu Anggawa termasuk yang terlibat aktif mendamaikan konflik bernuansa SARA di Desa Mareje. Ia terlibat menginisiasi Gawe Repah, tradisi lama yang dilestarikan untuk mendamaikan konflik. (HAK)