Daerah NTBLombok Timur

Tembakau di Jerowaru Mulai Mati, Petani Salahkan Pemda Lombok Timur

Lombok Timur (NTBSatu) – Setelah cukup lama menghadapi kekeringan akibat kemarau, tanaman tembakau di Kabupaten Lombok Timur bagian selatan mulai mati.

Salah satu petani asal Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, yaitu Amaq Cahya, mengatakan tembakau masyarakat setempat akhirnya mengalami gagal tumbuh meski sudah mengakali sejumlah cara perawatan.

“Sekarang sudah pada mati (tembakau). Dan jumlahnya akan terus bertambah,” kata Amaq Cahya, Rabu, 17 Juli 2024.

Ia mengungkapkan, jumlah tanaman yang mengalami gagal tumbuh di wilayah selatan Lombok Timur sudah mencapai puluhan hektare.

“Kalau di Jerowaru, satu petani mainnya hektarean,” ucapnya.

Ia pun mengaku kecewa dengan nihilnya perhatian maupun bantuan dari pemerintah daerah (pemda) melihat kesulitan petani setempat.

Ia menyebut, meski kabar kekeringan di wilayah selatan sudah hingar tersebar, tetapi bantuan dari pemda tak kunjung datang.

“Apalagi kita baca berita, Kadis Pertanian bilang jangan nekat tanam tembakau, itu melukai perasaan kami. Bukannya membantu, malah usaha kami tidak dihargai rasanya,” ucapnya.

Gagal panen itu pun turut diakui petani lain, yaitu Alimudin. Ia mengatakan tanaman tembakau perlahan banyak yang mati akibat minimnya pasokan air.

“Sudah mulai mati pelan-pelan,” ujar Alimudin.

Sebelumnya, petani di wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur mau tidak mau harus memutar otak mamasuki musim kemarau.

Petani terpaksa menggunakan es batu mengairi sawah saat melakukan penanaman tembakau.

Setelah itu, petani juga harus membeli air dengan volume besar agar tembakau tak layu akibat kekurangan air.

Petani setempat meyakini penggunaan es batu lebih efektif untuk mengairi tanah di wilayah itu yang teksturnya mirip tanah liat.

Imbasnya, petani pun harus mengeluarkan biaya lebih agar tanaman tidak gagal tumbuh akibat kemarau ekstrem.

Penanaman per 10.000 bibit tembakau rata-rata menghabiskan 60 balok es batu berukuran besar. Per baloknya dibeli seharga Rp15.000.

Sementara untuk penggunaan air, petani rata-rata menghabiskan dua tanki air berukuran besar untuk menyirami 10.000 bibit tembakau per hari. Harga per tangkinya sekitar Rp125.000 hingga Rp250.000.

Hingga musim panen tiba, petani bisa menghabiskan 50 tanki air.

Pemda Sempat Ingatkan Petani tak Nekat Tanam Tembakau

Sementara, Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Sahri, sebelumnya meminta para petani agar tidak nekat menanam tembakau setelah mulainya musim kemarau tahun ini.


Sahri mengatakan hal tersebut lantaran wilayah selatan Lombok Timur selalu langganan kekeringan. Sehingga petani pasti akan mengalami kesulitan air.

“Lahan pertanian yang terdampak itu wajib hukumnya terjadi setiap tahun saat musim kemarau,” kata Sahri, Jumat, 5 Juli 2024.

Lalu untuk mengatasi persoalan kekeringan tersebut, ia menyebut akan membangun puluhan sumur bor di kawasan lahan pertanian terdampak.

“Solusinya jika ada air permukaan maka akan kita bangun sistem irigasi tersier. Dan jika tidak ada, maka akan memanfaatkan air dalam tanah dengan cara membangun sumur bor,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button