BERITA NASIONAL

Indonesia Impor Tekstil dari 169 Negara, Asosiasi Khawatir Produk Lokal Terancam Gulung Tikar

Mataram (NTBSatu) – Pasokan tekstil impor bakal membanjiri pasar tanah air.

Sebab, mengacu pada revisi Permendag No.36/2023 tentang kebijakan pengaturan impor menjadi Permendag No.8/2024, sejumlah kelompok bahan impor akan dipermudah masuk ke Indonesia.

Menyikapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengkritisi relaksasi aturan impor tersebut, di mana terdapat 7 kelompok barang impor yang direlaksasi aturannya yakni elektronik, alas kaki, pakaian jadi dan aksesoris pakaian jadi, tas dan katup yang berlaku sejak 17 Mei 2024.

Kemudahan impor 7 kelompok barang yang sebelumnya dibatasi ini, kata Redma, dikhawatirkan akan semakin menekan industri tekstil dan produk tekstil dari sektor hulu ke hilir.

“Relaksasi ini memuluskan masuknya produk tekstil impor, tentunya menekan daya saing produk tekstil dalam negeri yang berujung pada PHK dan kebangkrutan,” ujarnya melalui siaran Profit CNBC Indonesia, ditulis NTBSatu, Rabu, 5 Juni 2024.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2023, Indonesia telah mengimpor tekstil dari 169 negara.

Berita Terkini:

Impor tekstil dari China menjadi yang terbesar, yakni mencapai 3,31 miliar dolar AS pada tahun lalu. Nilainya setara 49,85 persen dari total impor tekstil ke Indonesia.

Pada 2023, nilai impor produk tekstil Indonesia tercatat mencapai 6,64 miliar dolar AS. Korea Selatan menempati urutan kedua dengan impor tekstil Indonesia senilai 656,19 juta dolar AS. Selanjutnya, ada impor tesktil Indonesia dari Vietnam sebesar 498,92 juta dolar AS.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jawa Barat, Andre Purnama berharap pemerintah mencabut aturan relaksasi impor barang. Jika tidak, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terancam gulung tikar, lantaran tekanan permintaan dalam negeri atas produk tekstil lokal berimbas pada gempuran produk impor, akan mematikan industri TPT hulu ke hilir.

“Permintaan tekstil lokal anjlok, sejumlah perusahaan harus rela melelang stok yang tidak laku. Dan PHK akan semakin mengancam,” pungkasnya. (STA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button