Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik melaporkan Inflasi tahunan NTB pada Mei 2024 sebesar 2,77 persen.
Angka tersebut lebih rendah dari persentase nasional yang mencapai 2,84 persen.
Sementara itu, secara bulanan (month to month/MtM), NTB mencatatkan deflasi diangka 0,41, lebih besar dari rata-rata nasional 0,03 persen.
NTB pun berada pada posisi kedua dengan tingkat deflasi bulanan tertinggi setelah Banten.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, penyebab rendahnya inflasi NTB pada bulan Mei ialah perekonomian yang sedikit lesu.
Daya beli masyarakat berkurang yang tercermin dari indeks harga konsumen (IHK) nasional dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.
“Bulan Mei ini inflasi tahunan kita dibawah rerata nasional. Secara bulanan dari April ke Mei kita mengalami deflasi. Artinya, masyarakat kita tidak ada yang belanja,” ujar Nelly, Selasa, 4 Juni 2024.
Ia menjelaskan, geliat ekonomi masyarakat pada Mei jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan puasa pada Maret-April 2024 lalu, di mana menurutnya kondisi tersebut sangat jarang terjadi.
“Usai Lebaran pergerakan ekonomi kita stuck. Fenomena ini sangat jarang, makanya inflasi kita bisa 2,77 persen,” lanjutnya.
Inflasi seringkali dicap sebagai hal yang menakutkan, namun inflasi masih dibutuhkan karena hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada perekonomian.
Berita Terkini:
- Kejati NTB Angkut Eks Pimpinan BSI Cabang Mataram di Semarang Dugaan Korupsi KUR Rp8,2 Miliar
- Nelayan Sekaroh Lotim Menjerit, 10 Tahun PT Autore Diduga Merompak Mutiara Senilai Ratusan Miliar
- Polisi Minta BPKP Hitung Kerugian Negara Dugaan Korupsi Sewa Alat Berat Dinas PUPR NTB
- Pemkot Mataram Tidak Adakan Perayaan Tahun Baru 2025, Imbau Warga Tetap Waspada Cuaca Ekstrem
- Dr. Najam: 7 Tahun Berturut-turut NTB Raih Penghargaan Pemerintah Provinsi Informatif
Pihak yang diuntungkan dari inflasi adalah para pedagang yang memiliki pendapatan lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga barang.
Jika harga barang naik maka produsen akan menaikkan tingkat produksi. Peningkatan jumlah barang akan membuat penghasilan produsen naik.
Namun sekarang ini telah terjadi penurunan inflasi. Tentunya itu berimbas buruk bagi pedagang.
“Jika terus menerus terjadi kasian pedagang, Bahaya kalau ekonomi kita belum bergerak,” ujarnya.
Adapun komoditas penyumbang inflasi, lanjut Nelly ialah gula, bawang merah, dan cabai.
Maka dari itu, Pemprov sedang fokus untuk menekan tingginya komoditas penyumbang inflasi tersebut, terutama cabai dan bawang merah. Pihaknya sedang melakukan strategi dengan mengajak champion bawang atau petani penggerak serta partner pemerintah untuk menjadi investor, dalam rangka menampung offtaker produk dan stabilisasi harga.
“Pemprov NTB akan memperluas areal tanam komoditas cabai, dan untuk bawang merah Distanbun NTB segera membentuk champion bawang untuk menstabilkan pasokan dan harga Bawang,” tandasnya. (STA)