Study Tour Mestinya Tetap Dibolehkan, KemenPPPA: Tragedi Ciater Jadi Pelajaran Berharga

Mataram (NTBSatu) – Kecelakaan bus pariwisata di Ciater, Subang, tidak dapat menjadi alasan untuk melarang kegiatan study tour.
Hal ini ditegaskan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA, yang dilansir dari Liputan 6.com
Menurut Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA, Pribudiarta Nur Sitepu, study tour merupakan bagian dari hak anak untuk mendapatkan pendidikan dengan metode pembelajaran di luar kelas.
Pelarangan study tour justru dapat menghambat hak anak untuk mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dan bermanfaat.
“Musibah di Ciater harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali,” kata Pribudiarta.
“Namun, tragedi ini tidak boleh menutup kesempatan bagi anak-anak lain untuk mendapatkan hak-haknya,” tambahnya.
KemenPPPA mengimbau seluruh pihak untuk bekerja sama dalam memastikan keselamatan dan keamanan anak dalam kegiatan study tour.
Berita Terkini:
- FPTI NTB Bentuk Tim Rescue Profesional Tangani Kecelakaan di Rinjani
- Tersangka Kematian Brigadir Nurhadi Ajukan Penanggungan Penahanan
- PLN Jaga Keandalan Listik Selama MTQ ke-31 Tingkat Kabupaten Lombok Tengah
- Lombok Barat dan Kota Mataram Ditetapkan Jadi Daerah Darurat Sampah
- Mantan Bupati Lombok Tengah Suhaili Dipasangi Alat Pengawas Elektronik
Diperlukan aturan yang jelas, pengawasan ketat, dan partisipasi aktif dari semua pihak untuk mencegah tragedi seperti Ciater terulang.
Pemerintah daerah dan sekolah memiliki peran penting dalam memastikan keselamatan dan keamanan anak. Pemerintah daerah harus menerbitkan aturan yang ketat bagi perusahaan transportasi dan sekolah.
Perusahaan transportasi juga wajib memastikan kelayakan fisik kendaraan, suku cadang, dan kondisi armada secara keseluruhan, serta kelayakan sopir bus untuk berkendara.
“Sekolah juga harus melakukan perencanaan dan persiapan yang matang untuk kegiatan study tour, termasuk memilih agen perjalanan yang terpercaya dan memastikan kondisi kesehatan siswa,” jelas Pribudiarta.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan study tour dapat tetap menjadi sarana edukasi yang bermanfaat bagi siswa tanpa mengabaikan keselamatan dan keamanan mereka. (WIL)