Mataram (NTBSatu) – Beredar kabar sejumlah pemilik kedai kopi di NTB mengeluhkan soal harga jual yang relatif mahal.
Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti membenarkan itu. Bahkan, informasi diperolehnya, ada beberapa pemilik kedai kopi asal NTB yang tidak dapat membeli biji kopi akibat keterbatasan stok.
Inilah yang menyebabkan harga kopi racik menjadi relatif lebih mahal.
Nelly menjelaskan, salah satu kendala di lapangan, para petani kopi yang langsung mengekspor produk mereka ke luar daerah.
“Baru saja petani memanen biji kopi, para pembeli telah menunggu produk tersebut di pinggir jalan. Jadi, komoditi kopi lebih banyak diekspor ke luar,” ungkap Nelly, Senin, 29 April 2024.
Pelaku usaha dari luar diakuinya sangat meminati biji kopi asal NTB. Bahkan, para pelaku usaha tersebut selain berani melakukan praktik ijon, juga membayar dengan harga lebih mahal.
Berita Terkini:
- Diskursus Vol VI Overact Theatre, Menguak Sejarah Teater Kamar Indonesia
- Perjalanan Kepemilikan ANTV yang Kini Lakukan PHK Massal
- Sebelum Gubernur Terpilih Dilantik, Hassanudin akan Dievaluasi Kemendagri 9 Januari 2025
- Dunia WWE Berduka, Rey Mysterio Meninggal Dunia
- DAK Fisik Tahap III Pemprov NTB Terancam Tidak Cair, Sekda: Semua Sudah Clear
Karena itu, untuk mengatasi keterbatasan komoditi kopi untuk pemilik kedai kopi lokal, Nelly telah menyiapkan solusi. Petani kopi diingatkannya mesti menunjukkan keberpihakan ke pemilik kedai kopi lokal.
“Petani kopi mesti berpihak ke pemilik kedai lokal agar mengalokasikan sedikit biji kopi yang ada. Sehingga, kebutuhan akan biji kopi lokal dapat terpenuhi,” saran dari Nelly.
Menyoal lebih panjang soal ketersediaan biji kopi lokal, Nelly tidak menginginkan tamu yang berkunjung ke NTB malah mengonsumsi kopi yang diambil dari luar daerah.
Nelly mengaku telah menjalin komunikasi dengan para petani kopi dan pemilik kedai kopi lokal agar komoditi kopi asal NTB tidak terekspor secara menyeluruh.
“Harus ada biji kopi yang teralokasi untuk pemilik kedai kopi lokal,” tandas Nelly. (GSR)