BERITA NASIONAL

Dunia Sastra Berduka, Penyair Lombok Sebut Sosok Joko Pinurbo Cerminan Karya Puisi Rendah Hati

Mataram (NTBSatu) – Dunia sastra Indonesia sedang berduka hari ini, Sabtu, 27 April 2024. Sebab, salah satu sastrawan yang juga penyair, Joko Pinurbo atau akrab dipanggil Jokpin meninggal dunia tadi pagi, pukul 06.03 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Kabar meninggalnya salah satu penyair terbaik di Indonesia itu pun dibenarkan oleh Editor Senior Sastra GPU, Mirna Yulistianti yang dikutip NTBSatu dari Detikpop.

“Istri Mas Jokpin, Mbak Nur, mengirim kabar duka melalui WhatsApp tadi pagi jam 07.14,” kata Mirna, dikutip Sabtu, 27 April 2024.

Menurut keterangan Mirna, Joko Pinurbo meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta saat sedang menjalani opname karena sakit yang diidapnya.

Meninggalnya Jokpin juga membuat seluruh sastrawan maupun penyair di Indonesia merasa kehilangan. Salah satunya penyair asal Lombok, Kiki Sulistyo.

Berita Terkini:

Dikutip dari keterangannya, Kiki mengatakan, sumbangan terbesar Joko Pinurbo bagi (sastra) Indonesia adalah kesanggupannya memberi perhatian pada hal-hal banal, objek-objek remeh dan sehari-sehari. Seperti, karyanya yang berjudul celana, sarung, kamar mandi, telepon genggam, sampai khong guan.

“Dengan begitu pula membuat puisi jadi ‘rendah hati’, penuh kasih, dan tidak congkak, baik di hadapan bahasa maupun di hadapan kenyataan sehari-hari yang terlalu sering mengecewakan,” katanya, Sabtu, 27 April 2024.

“Saya banyak berutang -langsung atau tidak- pada Mas Jokpin. Selamat jalan, Penyair, selamat jalan,” ungkap Kiki.

Sebagai informasi, Joko Pinurbo dikenal sebagai sastrawan terbaik Indonesia yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962. Pria yang akrab disapa Jokpin sudah gemar puisi sejak duduk di bangku SMA. Saking cintanya dengan puisi, ia mengenyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Sastrawan tersohor itu sudah menelurkan daftar panjang puisi yang ia tulis. Beberapa karya Joko Pinurbo, yakni Celana (1999), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), hingga Telepon Genggam (2003).

Kemudian, Haduh, aku di-follow (2013), Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015), Srimenanti (2019), hingga Tak Ada Asu di Antara Kita: Kumpulan Cerpen (2023).

Joko Pinurbo juga memiliki sejumlah antologi yang berjudul Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), dan Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998). (JEF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button