Mataram (NTBSatu) – Tanggal 30 Maret dijadikan hari perayaan untuk mengapresiasi insan perfilman tanah air dirayakan melalui Hari Film Nasional.
Perayaan ini merupakan momen bangkitnya perfilman tanah air pada era Presiden BJ Habibie. Dunia perfilman Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat.
Adapun era awal perfilman Indonesia dimulai dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Desember 1900 di daerah Tanah Abang, Batavia, dengan nama Gambar Idoep.
Berikut lima film Indonesia pertama dalam sejarah yang dilansir dari Detik :
- Loetoeng Kasaroeng (1926)
Loetoeng Kasaroeng merupakan film pertama yang diproduksi dan dibintangi oleh orang Indonesia. Film ini menjadi langkah awal hadirnya perfilman di Indonesia.
Film tanpa suara ini dibintangi oleh anak-anak priyayi atau bangsawan di masa kolonial. Loetoeng Kasaroeng diambil dari cerita rakyat asal Jawa Barat Lutung Kasarung.
Berita Terkini:
- Siswi SMAN 1 Mataram Bawa Tim Hockey Indonesia Juara Asia
- Banjir di Pulau Sumbawa, 4.850 KK Terdampak dan 316 Ekor Hewan Ternak Hanyut
- Oknum Pimpinan Ponpes di Lombok Barat Diduga Bersekongkol Setubuhi Santriwati Bersama Anaknya
- Realisasi Belanja APBN di NTB 2024 Capai 90,62 Persen
- Eulis Atjih (1927)
Satu tahun setelahnya hadir film kedua berjudul Eulis Atjih. Film ini merupakan adaptasi pertama Indonesia yang diangkat dari novel karya Joehana.
Film yang dibintangi aktor Indonesia Arsad dan Soekria ini sukses di Hindia Belanda (Indonesia). Namun, saat dibawa ke pasar luar negeri, film ini kurang diminati.
- Lily Van Java (1928)
Lily Van Java atau yang juga dikenal dengan Melatie Van Java dirilis pada 1928. Film ini berkisah tentang perjodohan dari seorang perempuan dari keluarga kaya yang terpaksa meninggalkan kekasihnya demi menikahi laki-laki pilihan keluarganya. - Resia Boroboedoer (1928)
Masih di tahun yang sama, muncul film berjudul Resia Boroboedoer (Secret of Borobudur). Film ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Young Pei Fen (Olive Young) yang pergi ke Jawa untuk mencari guci berisikan abu Buddha Gautama peninggalan sang ayah, Young Lun Fah.
Guci tersebut berada di Candi Borobudur. Saat mencari guci tersebut, ia menghadapi banyak rintangan, salah satunya serangan ilmu hitam.
- Setangan Berloemoer Darah (1928)
Pada 1928 juga dirilis film berjudul Setangan Berloemoer Darah. Film ini menjadi film adaptasi novel kedua setelah Eulis Atjih.
Film bisu hitam-putih ini diangkat dari novel karya Tjoe Hong Bok. Film ini sekaligus menjadi film Indonesia pertama yang menyisipkan adegan laga. (WIL)