Mataram (NTBSatu) – Inflasi merupakan suatu kondisi di mana terjadi kenaikan harga sejumlah komoditas dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
Pencetus inflasi dalam negeri (domestic inflasion) adalah meningkatnya biaya produksi lokal dan permintaan masyarakat pada barang tersebut, sedangkan ketersediaanya tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Contoh sederhana yang sedang dihadapi saat ini, adalah gagal panen karena faktor El Nino membuat stok beras terbatas, sementara pangan tersebut merupakan makanan pokok mayoritas warga Indonesia. Maka dari itu, inflasi beras terjadi di seluruh penjuru negeri. Diketahui, beras mencatatkan harga tertingginya dalam satu dekade terakhir.
Selain itu, harga bahan bakar minyak (BBM) yang meningkat seringkali mematik inflasi seperti naiknya tarif layanan transportasi, mahalnya komoditas bahan pangan pokok dan jasa lainnya.
Ramadan menjadi salah satu wadah di mana fenomena inflasi tak luput untuk hadir di momen ini.
Berita Terkini:
- Kunker ke Surabaya, Komisi III DPRD NTB Nilai Perubahan Perda Penyertaan Modal Mendesak
- Diskursus Vol VI Overact Theatre, Menguak Sejarah Teater Kamar Indonesia
- Perjalanan Kepemilikan ANTV yang Kini Lakukan PHK Massal
- Sebelum Gubernur Terpilih Dilantik, Hassanudin akan Dievaluasi Kemendagri 9 Januari 2025
Kebutuhan masyarakat meningkat terhadap suatu jenis komoditi, seperti cabai, tomat, bawang merah, bawang putih, minyak, daging mengalami lonjakan harga.
Lantas, Bagaimana tren inflasi selama Ramadan lima tahun terakhir ?
Menelik data historis Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, dalam rentang 2020-2024, saat bulan puasa tiba, secara umum Tanah Air mencatatkan inflasi, baik secara bulanan maupun tahunan.
Tahun 2020, masa Ramadan dibarengi dengan hadirnya Covid 19. Saat itu, komponen harga bergejolak justru mencatatkan penurunan atau deflasi. BPS mencatat selama April 2020 mengalami deflasi -0,09 persen dan Mei 2020 mencatatkan deflasi -0,5 persen.