Kota Bima (NTBSatu) – Fenomena gumpalan buih di perairan Teluk Bima kembali muncul sejak 7 Februari 2024 hingga hari ini. Di mana, hal serupa juga pernah terjadi pada dua tahun lalu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, Syarief Bustaman mengatakan, terhadap fenomena tersebut, sudah diambil sampelnya. Kemudian dikirim ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, untuk dilakukan penelitian.
Hasil penelitian sementara yang dilakukan DLH Kota Bima menunjukkan, kondisi gumpalan buih tahun ini, bisa dikatakan lebih parah dari tahun sebelumnya.
Hal itu ditandai dengan warnanya yang lebih pekat serta aromanya lebih menyengat.
“Dari kita (DLH), sudah mengambil sampling pada tanggal 12 Februari yang lalu, kemudian uji mikroskopis sudah dilakukan, kondisinya kalau dibandingkan tahun lalu, bisa dikatakan lebih parah,” kata Syarief dikonfirmasi NTBSatu, kemarin.
Terhadap fenomena itu, lanjut Syarief, masih dalam tahap penelitian oleh DLHK Provinsi NTB, guna memastikan apa penyebabnya.
Berita Terkini:
- Segini Kekayaan Kabid SMK Dikbud NTB Tersangka OTT Proyek DAK
- Profil dan Karir Aidy Furqan, Kadis Dikbud NTB yang akan Dipanggil Polisi Terkait OTT Kabid SMK
- Mata Kadis Dikbud NTB Berkaca-kaca saat Tanggapi OTT Anak Buahnya
- Dedikasi Kantor Berita ANTARA Cerminan Arah Pembangunan di NTB
Begitupun oleh pihak Pertamina, ujarnya, sudah dimintai untuk melakukan penelitian lengkap terkait fenomena tersebut.
“Saya juga sudah berkoordinasi dengan Pertamina, karena mereka salah satu yang memaksimalkan pemanfaatan Teluk Bima sebagai jalur pelayaran angkut bahan bakar yang masuk ke Bima,” ungkapnya.
Mengacu pada hasil uji laboratorium tahun sebelumnya, fenomena ini tidak ada kaitannya dengan kegiatan Pertamina di perairan sekitar.
Namun disebabkan karena pertumbuhan alga yang cukup tinggi akibat pengaruh pestisida organik yang tumpah ke laut, ditambah kondisi cuaca ekstrem, sehingga terjadi pembusukan dan mati.
“Karena itu kenapa dia mudah menyebar,” pungkasnya. (MYM/*)