“Kan tidak menutup kemungkinan, yang terjadi banyak juga wisatawan China yang datang sendiri, mereka tes sendiri. Makanya kita perlu perketat Imigrasi kita,” ungkapnya.
Lantaran kontraktor yang memenangkan proyek tersebut dari China, otomatis beberapa pekerjanya juga ada yang dibawa dari negeri tirai bambu itu. Karena itulah Fud berharap, kontraktor tidak membawa pekerja non-skill dari China, tetapi dapat diberikan kesempatan kepada masyarakat lokal.
“Untuk pekerja non skill, kita berharap maksimalnya semua dari Sumbawa Barat. Tapi kita juga tidak bisa menutup mata dengan masyarakat NTB dari Bima, Dompu, dan Lombok kita tetap welcome,” bebernya.
Untuk diketahui, berdasarkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah setempat, pengerjaan proyek pembangunan Smelter harus menyerap 60 persen tenaga kerja lokal.
Berita Terkini:
- Survei FITRA NTB: Zul – Uhel Unggul di Lombok Tengah
- Parpol Koalisi 01 Protes Hasil Survei OMI, Nasdem NTB: Lihat Rekam Jejaknya
- Ombudsman NTB Soroti Kasus Galian C Ilegal Lombok Timur
- Tanggapi Laporan ke Bawaslu Kota Bima, Tim Iqbal Dinda: Kami Paling Sering Dilaporin
“Kalau jumlah karyawannya ada 10.000 orang, InsyaAllah 5.000 sampai 6000 orang dari Sumbawa Barat,” ujarnya.
Sebagai informasi, pembangunan smelter AMNT dikerjakan China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd. (NFC) dan PT. PIL Indonesia. Smelter dibangun pada lahan seluas 100 hektare.
Pembangunan Smelter AMNT ditargetkan rampung tahun 2024, dengan harapan bisa beroperasi pada tahun 2025 mendatang.
Adapun besaran investasi pembangunan pabrik pemurnian emas dan tembaga di Sumbawa Barat itu mencapai Rp27 miliar. (MYM)